Saturday, September 21, 2013

Laporan Mikrobiologi Pengamatan Jamur Mikroskopis

Laporan Mikrobiologi Pengamatan Jamur Mikroskopis

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Diantara tumbuhan rendah, maka golongan ganggang (alga) dan golongan fungi merupakan kelanjutan dari golongan bakteri. Golongan ganggang itu langsung nebjadi keelanjutan bakteri hal ini masih sangat sulit untuk ditentukan. Peninjauan secara morfologi dan fisiologi menemukan suatu golongan bakteri, yaitu ordo chlamydobacterials. Yang dapat dipandang sebagai pangkal pertumbuhan golongan ganggang. Hal ini dapat diketahui dari sifat-sifat mengenai adanya lapisan lendir yang menyelubungi tubuh organisme tersebut. Akan tetapi perkembangbiakannya menggunakan konidia dan hal ini lebih mendekati sifat-sifat fungi (Waluyo, 2007).

Ada juga suatu fenomena yang menyebabkan orang menganggap bahwa jamur itu sebenarnya ganggang yang kehilangan klorofil. Hal ini jelas nampak pada golongan ganggang hijau dalam hubungannya dengan jamur ganggang Phycomycetes (Dwidjoseputro, 1994).

Golongan jamur itu demikian luasnya, sehingga penguasaannya dibidang ilmu pengetahuan memerlukan keahlian tersendiri, dibidang itu disebut mikologi. Hanya jamur-jamur tingkat rendah (mikro fungi) masuk bidang mikrobiologi ( Dwidjoseputro, 1994).

Golongan jamur mencakup lebih dari pada 55000 spesies. Jumlah ini jauh melebihi jumlah spesies bekteri. Tentang klasifikasi belum ada kesatuan pendapat yang menyeluruh di antara para sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur merupakan golongan tumbuh-tumbuhan yang tubuhnya tidak mempunyai differensial (Swidjoseputro, 1994).

Oleh karena itu dilakukan uji pengamatan jamur mikroskopis  ini agar para praktikan dapat mengetahui jenis-jenis fungi mikroskopis, mengetahui  perbedaan struktur morfologi fungi aniseluler dan fungi berfilamen.

1.2.Tujuan

-                    Mengetahui cara identifikasi jamur
-                    Mengetahui jenis-jenis fungi mikroskopis
-                    Mengetahui spesies fungi dari roti berjamur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Istilah jamur atau fungi selau dikaitkan dengan suatu penyakit. Karena memang masih kurang difahami masyarakat luas. Fungi ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Fungi berperan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena mampu mendaur ulang unsur-unsur di alam yang diperlukan untuk hidup lainnya (Gandjar, 1999).

Peran fungi dalam kehidupan kita sehari-hari antara lain dapat disebutkan dibidang pertanian dan perkebunan menyebabkan penyakit pada tanaman ekonomi seperti padi, jagung, kentang, kopi, the, coklat, kelapa dan karet; di bidang kehutanan merusak kayu dan hasil olahannya, akan tetapi fungi justru diperlukan dalam penguburan lahan, di bidang farmasi fungi dimanfaatkan untuk menghasilkan aneka enzim dan senyawa asam organik tertentu, di bidang kedokteran sejumlah fungi memang phatogen bagi mannusia antara lain menyebabkan alergi dan dermatomikosis, di bidang kesehatan masyarakat spora fungi dii udara menyebabkan pengotoran udara yang bila dihirup menyebabkan batuk-batuk dan alergi disamping itu diketahui pula bahwa fungi dapat merusak lingkungan, cat minyak bumi, kertas, dan tekstil (Gandjar,1999).

Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, bereproduksi seksual dan aseksual dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya berbeda dari  organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorbsi (Gandjar, 1999).

Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa yang saling berhubungan berjalin semacam jala, yaitu miselium. Miselum dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi menyerap nutrien dari lingkungan dan miselium fertil yang berfungsi  dalam reproduksi (Gandjar, 1999).

Fungi dapat ditemukan pada aneka substrat, baik dilingkungan darat, perairan maupun udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam, karena bagian vegetatifnya yang umumnya berupa miselium berwarna putih dan mudah terlihat pada substrat yang membusuk. Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai warna (merah, hitam, jingga, kuning, kream, putih, abu-abu, coklat, kebiru-biruan dan sebagainya). Pada daun, batang kertas, tekstil, kulit dan lain lain. Tubuh buah fungi lebih mencolok karena dapat langsung diilihat dengan mata kasat, sedangkan miselium vegetatif yang menyerap makanan hanya dapat dilhat menggunakan mikroskop(Gandjar, 1999)

Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai ciri yang khas, yakni berupa benang tunggal atau yang bercabang-cabang yang disebut dengan hifa. Fungi merupakan organisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
  1. Mempunyai spoora
  2. Memproduksi spora
  3. Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak berfotosintesis
  4. Dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual
  5. Tubuh berfilamen dan dinding sel mengandung kitin, glukan, selulosa dan manan (Waluyo, 2007)
Fungi dibedakan menjadi dua golongan yakni: kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium. Sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal dan tidak berfilamen. Fungi merupakan organisme menyerupai tanaman, tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yakni:

  • Tidak mempunyai klorofil
  • Mempunyai dinding sel dengan kompossi berbeda
  • Berkembang biak dengan spora
  • Tidak mempunyai cabang, batang, akar dan daun
  • Tidak mempunyai sistem vaskuler seperti pada tanaman
  • Bersifat multiseluler tidak mempunyai pembagian fungsi masing-masing bagian seperti pada tanaman.
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula bersifat saprofit. Parasit apabila dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya. Sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dan karbohodrat (misalnya glukosa, sukrosa atau maltosa)., sumber nitrogen dari bahan organik atau anorganik, dan mineral dari substratnya . ada juga beberapa fungi yang dapat mensintesis vitamin-vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan sendiri. Tetapi ada juga yang tidak dapat mensintesis sendiri, sehingga harus mendapatkan dari substrat, misalkan thaimin dan biotin (Waluyo,2007).

Fungi multiseluler atau kapang mempunyai miselia atau fillamen dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni seperti kapas. Pertumbuhan fungi mula-mula berwarna putih, tetapi bila telah memproduksi apora maka akan terbentuk berbagi warna tergantung dari jenis kapang. Sifat-sifat yang penampakan mikroskopik  ataupun makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang (Waluyo, 2007).
Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan  struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat yang membagi hifa dalam mangan-mangan, dimana setiap mangan mempunyai inti satu atau lebih. Dinding penyekat pada kapang disebut dengan septum yang tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih dapat bebas bergerak dari satu ruang ke ruang lainnya. Kapang bersepta yaitu terutama kelas Ascomycetes. Sedangkan kapang tak bersepta yakni kelas Phycomycetes. Kapang yang tak bersepta intinya tersebar disepanjang septa (Waluyo, 2007).

Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya mempunyai ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium. Atau berupa kumpulan benang-benang yang dapat menjadi satu. Hanya golongan ragi itu tubuhnya berupa sel-sel tunggal. Ciri kedua ialah jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof. Sifat ini menguatkan pendapat bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri di dalam evolusi (Dwidjoseputro, 1994)
Golongan jamur mencangkup lebih daripada 55000 spesies, jumlah ini jauh lebih banyak dari spesies bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada kesatuan pendapat yang menyeluruh dari para sarjana taksononi. Bakteri dan jamur merupakan golongan tumbuh-tumbuhan yang tubuhnya tidak mempunyai diferensiasi. Oleh karena itu disebut tumbuhan talus (thallophyta) lengkapnya thallopyta yang tidak berklorofil (Dwidjoseputro, 1994).

Beberapa fungi, meskipun sapiofitik dapat juga menyerbu inang yang hidup lalu tumbuh dengan subur disitu sebagai parasit. Sebagai parasit mereka menimbulkan penyakit pada tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Akan tetapi diantara sekitar 500.000 spesies cendawan, hanya kurang lebih 100 yang patogenik terhadap manusia. kematian infeksi oleh cendawan selain penyakit kulit sangat tinggi. Hal ini boleh jadi disebabkan oleh diagnosis yang terlambat atau yang salah selama penyakit itu menjalar atau karena tidak tersediannya antibiotik. Antibiotik non toksik yang secara medis tepat guna. Banayak cendawan patogenik, misalnya Histoplasma Capsulatum, yang menyebabkan histoplasmosis (nfeksi mikosis pada sistem retikolendotelium yang meliputi banyak organ). Dapat juga hidup sebagai saprofit, fungsi deperti itu menunjukan dimorfisme : artinya mereka dapat ada dalam bentuk uniseluler seperti halnya khamir ataupun dalam bentuk bening (filamen) seperti halnya kapang. Fase khamir timbul bilamana organisme itu hidup sebagai parasit atau patogen dalam jaringan, sedangkan bentuk kapang bila organisme itu merupakan saprofit dalam tanah atau dalam medium laboratorium. Identifikasi laboratorium untuk cendawan – cendawan patogenik acapkali tergantung kepada dapat tidaknya dimorfisme ini dipertunjukan (Pelczar. 2006).

Cendawan dapat bertahan dalam keadaan alam sekitar yang tidak menguntukan dibandingkan dengan jasad – jasad renik lainnya lebih kurang mampu. Sebagai contoh, khamir dan kapang dapat tumbuh dalam suatu substrat atau medium berisikan konsentrasi gula yang dapat menghambat kebanyakan bakteri. Demikian pula, kapang dan khamir umumnya dapat bertahan terhadap keadaan yang lebih asam dari pada kebanyakan mikroba yang lain(Pelczar. 2006)

BAB III METODE KERJA

3.1  Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini yang berjudul ”Pengamatan Jamur Mikroskopis”  dilaksanakan pada hari Rabu 5 Mei  2011 pukul 10.00-12.00 WITA dan dilanjutkan lagi pada hari Jum’at 7 Mei 2011 pukul 10.00-12.00 WITA di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi  Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2  Alat dan Bahan

3.2.1.Alat-alat

  • Cawan petri
  • Cover glass
  • Jarum ose
  • Bunsen
  • Gelas objek
  • Pinset
  • Beaker gelas
  • Inkubator
  • Kater / silet
  • Kertas label
  • Mikroskop
3.2.2.Bahan-bahan

  • Roti berjamur
  • Media PDA
  • Alkohol 70%

3.3  Cara kerja metode Block Square Slide


  1. Disterilkan tangan dengan alkohol 70%
  2. Dipijarkan tepi cawan petri yang berisi media PDA
  3. Fiksasi Jarum ose
  4. Diambil secara aseptis 1 block media PDA
  5. Diletakkan kedalam cawan petri yang telah diletakkan sebelumnya gelas objek
  6. Difiksasi jarum ose
  7. Diambil pada bagian roti yang berjamur
  8. Dioleskan pada keempat sisi pinggiran block media PDA
  9. Fiksasi Jarum ose
  10. Diambil satu cover glass, dicelupkan dalam alkohol 70% lalu difiksasi
  11. Diletakkan diatas media Block
  12. Inkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu 30oC

BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN

4.1.   Hasil Pengamatan

4.1.1.   Tabel hasil pengamatan jamur mikroskopis
Objek
Keterangan



Nama : Aspergillus sp
Warna : Hijau kekuning-kuningan
Bentuk : Bulat (coccus)
Sampel : Roti

4.2.   Pembahasan

Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, bereproduksi seksual dan aseksual dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya berbeda dari  organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorbsi (Gandjar, 1999).

Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa yang saling berhubungan berjalin semacam jala, yaitu miselium. Miselum dapat dibedakan atas miselium vegetativ yang berfungsi nenyerap nutrien dari lingkungan dan miselium fertil yang berfungsi  dalam reproduksi (Gandjar, 1999).

Fungi merupakan organisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut

  1. Mempunyai spoora
  2. Memproduksi spora
  3. Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak berfotosintesis
  4. Dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual
  5. Tubuh berfilamen dan dinding sel mengandung kitin, glukan, selulosa dan manan (Waluyo, 2007)
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula bersifat saprofit. Parasit apabila dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya. Sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dan karbohodrat. sumber nitrogen dari bahan organik atau anorganik, dan mineral dari substratnya (Waluyo,2007).
Fungi merupakan organisme menyerupai tanaman, tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yakni:
  • Tidak mempunyai klorofil
  • Mempunyai dinding sel dengan kompossi berbeda
  • Berkembang biak dengan spora
  • Tidak mempunyai cabang, batang, akar dan daun
  • Tidak mempunyai sistem vaskuler seperti pada tanaman
  • Bersifat multiseluler tidak mempunyai pembagian fungsi (Waluyo, 2007).
Fungi dibedakan menjadi dua golongan yakni

Kapang
Fungi multiseluler atau kapang mempunyai miselia atau fillamen dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni seperti kapas (Waluyo, 2007).
Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan  struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat yang membagi hifa dalam mangan-mangan, dimana setiap mangan mempunyai inti satu atau lebih (Waluyo, 2007).
Secara lamiah kapang berkembang biak dengan berbagai cara, baik aseksual dengan pembelahan, penguncupan atau pembentukkan spora dapat pula secara seksual dengan pembelahan nukleus dari kedua induknya (Waluyo, 2007).

Khamir
Khamir termasuk cendawan, tetapi berbeda dengan kapang karena bentuknya yang terutama uniseluler. Reproduksi vegetativ terjadi dengan cara pertunasan. Sebagian sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih cepat dibanding kapang yang tubuh dengan pembentukkan filamen (Waluyo, 2007).

Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi yaitu dengan panjang 1-5 mm sampai 20-50 mm, dan lebar 1-10 mm. bentuk khamir bermacam-macam, yaitu bulat, oval, silinder, ogival yaitu bulat panjang dengan salah satu ujung runcing, segitiga melengkung, berbentuk batat, bentuk apikal atau lemon, membentuk psedomiselium dan sebagianya (waluyo, 2007).

Pada praktikum kali ini digunakan sampel dari roti berjamur, ditanam (diinokulasi) pada media PDA, yang di inkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 30oC. setelah diinkubasi selama 2 x 24 jam diamati dengan mikroskop, didapatkan fungi berkonidia yang memiliki ciri-ciri morfologis berwarna hijau kekuning-kuningan berbentuk bulat-bulat dan berspora. Dari ciri-ciri ini dapat disimpulkan bahwa fungi ini termasuk Aspergilus sp. Karena memiliki ciri-ciri morfologis berwarna hijau kekuning-kuningan dan berspora. Kebanyakan spesies ini sering menyebabkan kerusakan makanan, tetapi beberapa spesies digunakan digunakan dalam fermentasi makanan Aspergillus yang dapat menyebabkan kerusakan makanan adalah Aspergillus repens, kapang ini mampu tumbuh baik pada substrat dengan konsentrasi gula dan garam tinggi. Ciri-ciri spesifik Aspergillus adalah: (1) Hifa, septat, miselium bercabang sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan umumnya merupakan hifa fertil, (2) koloni berkelompok, (3) konidiofora septat atau nonseptat muncul dari “foot cell” yakni sel miselium yang membengkok dan berdinding tebal, (4) konidiofora membengkak menjadi vesikel pada ujungnya, membawa sterigmata dimana tumbuh konidia, (5) sterigmata atau fialida biasanya sederhana berwarna, (6) berupa spesies tumbuh baik pada suhu 37oC atau lebih, (7) konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat atau hitam (Waluyo, 2007).

Aspergillus sp sangat aerobik dan ditemukan hampir disemua lingkungan yang kaya oksigen. Dimana mereka umumnya tumbuh sebagai cetakan pada permukaan substrat. Sebagai akibat dari tekanan oksigen yang tinggi (Waluyo, 2007).

Klasifikasi lmiah:
Domain : Eukarya
Kerajaan : Jamur
Filum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales
Keluarga : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus sp

Pada praktikum kali ini digunakan metode block square slide. Dimana media PDA dibuat dengan ketipisan sekitas 2 mm, kemudian dibentuk seperti dadu dengan ukuran 1 x 1 cm. keuntungan dari penggunaan metode ini adalah kita dapat lebih mudah mengamati dari fungi yang dihasilkan karena penggunaan metode aquare sampel yang digunakan diletakkan dipinggairan block. Karena penggunaan (peletakkan) sampel dicetakkan dipinggir maka akan lebih mudah mengamatinya.

Dalam praktikum kali ini mungkin saja terjadi faktor kesalahan. Misalnya pada saat pengolesan sampel tidak begitu teliti sehingga dapat mengakibatkan sampel tidak melekat pada media sehingga dapat mengakibatkan tidak adanya pertumbuhan fungi.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum kali ini dapat ditari kesimpulan bahwa:

  • Cara mengidentifikasi dasar jamur adalah dengan mengamati bentuk koloni, diameter, tepi koloni, permukaannya, konsistensinya, warna, pembentukkan pigmen dalam media dan apakah koloni tumbuh pada permukaan atau dalam media
  • Jenis-jenis fungi yaitu: Yeast / ragi / khamir, Fillamentus fungi dan Cendawan (mushroom)
  • Dari praktikum kali ini didapatkan bahwa spesies dari roti berjamur adalah Aspergillus sp.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam praktikum ini tidak hanya menggunakan satu sampel, tetapi sampel lain juga. Misalnya pada buah jeruk agar para praktikum mengetahui perbedaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D.1994. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Gandjar, Indrawati.1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : UI Press
Pelczar, Micheal. 2006. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press
Read More

Laporan Mikrobiologi Uji Daya Hambat Mikroba

Laporan Mikrobiologi Uji Daya Hambat Mikroba

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

sensitifitas  menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menetukan tingkat kerendahan bakteri terhadap zat anti bakteri dan untuk mengetahui senyawa murni  yang memiliki aktifitas anti bakteri. Metode uji sensifitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada kosentrasi yang rendah. Uji sentsitiifitas bakteri merupakan satuan metode untuk menentukan tingkat  kerentanan bakteri terhadap zat anti bakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas anti bakteri (Hastowo, 1992).
Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukan sensitifitas bakteri terhadap zat anti bakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin tebar diameter zona tambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sansitif (Hastowo, 1992).

Yang melatar belakangi percobaan ini yaitu praktikan dapat mengetahui beberapa zat anti mikrobial yang mempunyai daya hambat, kekuatan klasifikasi anti bacterial, pengukuran zat anti bakterial dan faktor-faktor yang mempunyai ukuran diameter zona hambatan.

1.2  Tujuan


  • Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zona hambatan.
  • Mengetahui prinsip uji daya hambat mikroba
  • Mengetahui zat anti bakteril dalam menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri secara invintro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, tetapi juga akan mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal bakteri Termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas factor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas mahluk -mahluk hidup, sedangkan faktor-faktor alam (fisika) dan faktor-faktor kimia (Dwidjoseputro, 2005).

Yang digolangkan sebagai faktor-faktor alam ialah temperatur, keabsahan, nilai osmotik dari medium, radiasi oleh sinar biasa dan radiasi oleh sinar-sinar yang lain, serta pengahancuran secara mekanik (Dwidjoseputro, 2005).

Pada umumnya metode yang digunakan dalam uji sensivitivitas bakteri adalah metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah disekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambta pertumbuhan inilah yang menunjukan sensivitas bakteri terhadap bahan antibaktri (Dwidjoseputro, 2005).

Berdasarkan daya kerjanya, senyawa antibakteri dibagi menjadi dua sifat, yaitu :
A.    Zat yang hanya bersifat menghambat pertumbuhan bakteri dengan tidak membunuhnya.
B.     Zat yang dapat membunuh bakteri (Bacteriosidal) (Dwidjoseputro, 2005).
Kebanyakan antibiotik yang efektif kerjanya menggangu sintesis, penyusuhan atau fungsi komponen-komponen makromolekul sel. Seperti penghambtan pembentukan dinding sel oleh pelimiskin, penghambatan sintesis protein oleh kloramfenikol (Irianto, 2006).

Antibakteri yang efektif bagi banyak spesies, baik kokus, basil maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang spketrumnya sempit. Penisilis hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu oleh karena tetrasiklin dikatakan  mempunyai spektrum luas (Dwidjoseputro, 2005).

Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan, germisida atau bakterisida. Apakah suatu kimia itu merupakan suatu antiseptik atau germisida, hal ini kebanyakan kali bergabtung kepada persenan konsentrasi dan lamanya kena zat tersebut (Dwidjoseputro, 2005).

Pada umumnya bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya berada dibawah pengaruh desinfektan, merupakan factor-faktor yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan temperatur menambah daya desinfektan, selanjutnya medium dapat juga menawar daya desinfektan susu, plasma darah, dan zat-zat lain yang serupa protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh desinfektan tertentu (Dwidjoseputro, 2005).

Diantara banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas antibiotik in vitro, hal-hal tersebut dibawah ini perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi hasil-hasil pengujian
a.       pH lingkungan
b.      Komponen-komponen medium
c.       Stabilitas obat
d.      Takaran inakalum
e.       Lamanya inkubasi
f.       Aktifitas metabolisme mikroorganisme (Irianto, 2006).

Daya kerja bakterisidal berbeda dengan bakteri ostatik. Bakteriostatik berjalan searah yaitu bakteri yang telah mati tidak dapat berkembangbiak lagi meskipun bahan antibakteri telah dihilangkan bakteriostatik mempunyai karakteristik bila bahan antibakterinya dihilangkan maka bakteri tersebut dapat tumbuh lagi (Lay, 1992).

Istilah antibiotik pertama kali digunakan oleh Waksman (1945) sebagai nama dari suatu golongan substansi yang berasal dari bahan biologis yang kerjanya antagonistik terhadap mikroorganisme (Irianto, 2006).

Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat – zat dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya hambat penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain (Dwidjoseputro, 2005).

Zat-zat seperti H2O2, Na2BO4, KMnO4 mudah benar melepaskan Ountuk menimbulkan oksidasi. Klor didalam air menyebabkan bebasnya O2, sehingga zat ini merupakan desinfektan. Hubungan klor langsung dengan protoplasma pun dapat menyebabkan oksidasi (Dwidjoseputro, 2005).

Zat seperti air raksa, perak, tembaga dan zat-zat organik seperti fenol, formaldehida, etanol menyebabkan penggumpalan protein yang merupakan konsitutuen dari protoplasma. Protein yang telah menggumpal itu protein yang mengalami denatirasi, dan didalam keadaan yang demikian itu protein tidak berfungsi (Dwidjoseputro, 2005).

Genus Stremtomyces menghasilkan streptomisin, aureomisin kloramisetin, teramisin, eritromisin, magnamisin yang masing -masing mempu yai khasiat yang berlainan. Akhir -akhir ini telah membuat klormisetin secara sintetik obat-obatan ini terkenal sebagai kloramfenicol (Dwidjoseputro, 2005).
Dalam hal infeksi oleh mikroorganisme yang resisten penelitian laboratorium sewaktu-waktu dapat menggunakan kombinasi antibiotik yang mungkin esensial (Irianto, 2006).

Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetapi hidup merupakan hal yang penting. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia (Buckle, 1987).
Penggunaan antiseptik dan disinfektan.

Hingga sekarang semakinbanyak zat-zat kimia yang dipakai untuk membunuh atau mengurangi jumlah mikroorganisme dan penemuan-penemuan bar uterus muncul dipasaran. Oleh karena itu, tidak ada bahan kimia yang ideal atau yang dapat dipergunakan untuk segala macam keperluan, maka pilihan jatuh pada bahan kimia yang mampu membunuh organisme yang ada dalam waktu yang tersingkat dan tanpa merusak segala bahan yang didisinfeksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi secara kimia:

  •  Rongga yang perlu cukup diantara alat-alat yang didisinfeksi. Sehingga seluruh permukaan alat tersebut dapat berkontak dengan disinfektan.
  • Lamanya disinfeksi harus tepat alat-alat yang didisinfeksi jangan diangkat sebelum waktunya.
  • Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan setelah berkontak dengan disinfektan.
  • Beberapa Disinfektan dan Antiseptik
a.   Logam-logam Berat
logam berat berfungsi sebagai antimikrobe oleh karena dapat mempresipitasikan enzim-enzim atau protein esensial dalam sel. Logam berat yang umumnya dipakai adalah Hg, Ag, Zn, dan Cu.

b.   Fenol dan Senyawa-senyawa Sejenis
fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya dipergunakan lister didalam ruang bedah sebagai germisida untuk mencegah timbulnya infeksi pasca bedah.

c.   Alkohol
Alcohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan disinfeksi. Alcohol mendenaturasikan protein dengan jalan dehidrasi dan juga merupakan pelarut lemak.

d. Aldehid
Cara bekerjanya aldehid ialah dengan cara membunuh sel mikroba dengan mendenaturasikan protein.

e.   Yodium
Larutan yodium baik dalam air maupun dalam alcohol bersifat sangat antiseptic dan telah lama dipakai sejak lama sebagai antiseptic kulit sebelum proses pembedahan.

f.    Detergen
Sabun biasa tidak banyak khasiatnya sebagai zat pembunuh bakteri (bakterisida) tetapi kalu dicampur dengan hesaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali.

g.   Antibiotik
Antibiotik adalah suatu substansi (zat-zat) kimia yang diperoleh dari atau dibentuk dan dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya panghambat kegiatan mikroorganisme yang lain (Hastowo, 1992).

BAB III METODE KERJA

3.1         Waktu dan Tempat

            Pratikum kali ini, melakukan percobaan tentang Uji Daya Hambat Mikroba yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 27 April 2011, pukul 10.00-12.00 WITA. Pengulangan percobaan pada hari Kamis, tanggal 28 April 2011, pukul 11.30-14.30 WITA dan pengamatan pada hari Jumat, tanggal  29 april 2011, pukul 09.30-11.30 WITA bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samrinda.

3.2         Alat dan Bahan

3.2.1   Alat-alat

  • laminar air flow
  • autoclave
  • hot plate
  • timbangan analitik
  • incubator
  • rak tabung reaksi
  • tabung reaksi
  • cawan petri
  • labu Erlenmeyer
  • lampu Bunsen
  • jarum ose
  • pinset
  • mikropipet
  • gelas ukur
  • magnetic stirrer
  • pipet volume
  • lidi dengan ujung berkapas
  • penggaris
  • spidol
  • kertas cakram
  • spray
3.2.2   Bahan-Bahan

  • biakan bakteri staphylococcus aerus
  • Nacl 0,9 %
  • Media LBA
  • ampicillin 0,0125 gr
  • amoxilin 0,0125 gr
  • chloramphenicol 0,0125 gr
  • detergen
  • wipol
  • listeryn
  • detol
  • bayclin
  • kertas label
  • aquades 10 ml
  • alcohol 70 %
  • aluminium foil
  • kertas
  • karet gelang
  • tissue
  • kertas cakram

3.3         Cara Kerja

3.3.1   Uji Daya Hambat Bakteri Antibakteri

  1. disemprotkan alcohol kepada tangan pratikan yang akan melakukan percobaan
  2. disiapkan cawan petri, media lba padat, bahan-bahan, lampu Bunsen, tabung reaksi, rak tabung reaksi, dan kertas cakram
  3. ditimbang bahan-bahan yang merupakan sebanyak 0,125 gr kemudian dilarutkan pada 10 ml aquades
  4. disiapkan tabung reasi yang bersisi biakan bakteri staphylococcus aerus dan nacl 0,9 % serta cawan petri yang sudah berisi media lba padat untuk antibakteri
  5. diambil 4 ose dari tabung reaksi biakan bakteri  staphylococcus aerus kedalam tabung reaksi berisi nacl 0,9 %
  6. kemudian dimasukkan lidi berujung kapas steril didalam tabung-tabung reaksi yang berisi nacl 0,9 % kemudian diangkat diswabkan kedalam cawan petri untuk antbakterial yang terdapat media lba beberapa kali sampai rata pada permukaan media
  7. bakar pinset agar steril, diamkan sebentar agar dingin
  8. kemudian ambil kertas cakram, celupkan dalam larutan ampicillin kemudian masukkan kedalam cawan petri yang sudah diswab tadi dengan ditekan pelan kertas cakramnya, bakar kembali pinset lakukan berulang-ulang pada larutan chloramphenicol, amoxilin, dan detergen
  9. diberi kertas label dibawah cawan petri yang berisi kertas cakram dengan bertuliskan, ampicilin, chloramphenicol, amoxilin dan detergen
  10. dipanaskan cawan petri biar steril
  11. diinkubasikan pada temperatur 37° c selama 24 jam
  12. diamati dan diukur diameter hambatannya menggunakan penggaris kemudian ditulis datanya dan dihitung
3.3.2   Uji Daya Hambat Bakteri Disinfektan

  1. disiapkan cawan petri, media lba padat, bahan-bahan lampu Bunsen, tabung reaksi, rak tabung reaksi dan kertas cakram
  2. dilarutkan bahan-bahan pada 10 ml aquades
  3. disiapkan tabung reaksi yang berisi biakan bakteri staphylococcus aerus dan nacl 0,9 % serta cawan petri yang sudah berisi media lba padat untuk disinfektan
  4. diambil 4 ose dari tabung reaksi biakan bakteri Staphylococcus aerous kedalam tabungreaksi berisi NaCl 0,9%
  5. kemudian dimasukkan lidi berujung kapas steril didalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%, kemudian diangkat, disuabkan kedalam cawan petri untuk didesinfektan yang terdapat media LBA beberapa kali sampai rata pada permukaan media
  6. bakar pinset agar steril, diamkan sebentar agar dingin
  7. kemudian ambil kertas cakram, dicelupkan dalam larutan wipol kemudian dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah disuab tadi dengan ditekan pelan kertas cakramnya, ulang pada larutan bayclean, listerin dan detol
  8. diberi kertas lebel di bawah cawan petri yang berisi kertas cakram dengan bertuliskan wipol, detol, bayclean dan listerin
  9. dipanaskan cawan petri biar steril
  10. diinkubasi pada temperatur 37oC selama 24 jam
  11. diamati dan diukur diameter hambatnya menggunakan penggaris kemudian ditulis datanya dan dihitung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1                    Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Pengamatan Uji Daya Hambat Mikroba
No.
Zat Anti Mikroba
Keterangan
1.
Atibiotik

1.      Ampisilin
2.      Chloramfenicol
3.      Deterjen
4.      Amoxisil
2.
Desinfektan

1.      Detol
2.      Wipol
3.      Bayclin
4.      Listerin



4.3      Pembahasan

Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang mempunyai khasiat antimikrobal.
Orang yang pertamakali mempelajari antibiotik secara sistematis adalah Gratia dan Dath (1924) dengan menemukan Actinomycetin yang berasal dari Actinomycetes. Sampai sekarang sudah ditemukan beribu-ribu antibiotika, tetapi tidak semuanya dapat digunakan dalam pengobatan (Entjang, 2003).
Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut:

  1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas
  2. Tidak menimbulkannya terjadinya resisten dan mikroorganisme pahogen
  3. Tidak menimbulkan pengaruh samping yang buruk pada host, seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung dan sebagainya.
  4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dati host seperti flora usus atau flora kulit (Entjang, 2003).

Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri baik kakus, basil maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies bakteri tertentu disebut antibiotik yang spektrumnya sempit  (Dwijdoseputro, 2005).

Desinfektan merupakan proses yang mematikan semua mikroorganisme patogen dengan cara kimiawi atau fisik. Desinfektan mempunyai daya kerja terhadap vegetatif dari mikroorganisme, tetapi belum tentu mematikan sporanya, sedangkan antiseptis merupakan proses yang mencakup inaktifitas atau mematikan mikroorganisme dengan cara kimiawi. Antiseptik dapat bersifat bakterisidal atau bakteri kostatik. Proses bakteri kostatik hanya menghentikan pertumbuhan bakteri istilah desinfektan, sehinga penggunaannya boleh dikatakan sinonim (Lay, 1992).

Syarat yang ideal untuk desinfektan :

  1. Toxisitas yang tinggi terhadap mikroba
  2. Kelarutannya tinggi
  3. Stabilitasnya tinggi
  4. Tidak bersifat toxis terhadap manusia dan binatang, yang paling ideal adalah sangat toxis kepada mikroba, tetapu tidak toxis terhadap manusia dan ninatang.
  5. Homogen
  6. Tidak mudah membentuk ikatan kimia dengan zat organik lainnya
  7. Bersifat toxis terhadap mikroba pada suhu kamar atau suhu badan
  8. Tidak bersifat korosif dan tidak memeberi warna
  9. Tidak berbau yang mengganggu, kalau bisa berbau wangi
  10. Daya tembusnya tinggi
  11. Bersifat deterjen (membersihkan / mencuci)
  12. Harganya murah dan mudah dibuat.
Komponen-komponen desinfektan terdiri dari, garam atau basa yang kuat dengan komponen-komponen amonium yang terdiri dari empat bagian. Adanya unsur radikal dalam garam atau basa tersebut. Radikal merupakan golongan alifat dan asam sulfat (Dwidjoseputro, 2005).
Desinfektan berfungsi untuk mematikan sel vegetatif tetapi tidak mematikan bentuk spora mikroorganisme penyebab penyakit (Pelczar, 2006).

Staphylococcus aureus adalah bakteri yang mempunyai sifat bakteri bentuk cocus, gram positif, formasi staphylae, mengeluarkan endotoxin, tidak bergerak tidak mampu membentuk spora. Fakultatif anaerob, sangat tahan terhadap pengeringan, mati pada suhu 60°C setelah 60 menit. Merupakan flora pada kulit dan saluran pernapasan bagian atas. Di alam terdapat pada tanah, air dan debu diudara (Entjang, 2003).

Penyakit yang dapat ditimbulkan adalaf infeksi bernanah dan abses. Infeksinyakan lebih berarti bila menyerang anak -anak, usia lanjut dan orang yang daya tahan tubuhnya menurun, seperti penderita diabetes melitus, luka bakar dan AIDS (Entjang, 2003).

Pencegahan penyakit dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh, hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan (Entjang, 2003).

Dari percibann ini didapatkan data dari antibiotik ampisilin diameter zona beningnya adalah 42,25mm dan indeks daya hambatnya 61,04mm, antibiotik chloramfenicol diameter zona beningnya adalah 26mm dan indeks daya hambatnya 3,33mm, pada antibiotik amoxilin diameter zona beningnya adalah 0 mm dan indeks daya hambatnya 0m, sedangkan pada deterjen diameter zona beningnya adalah 49,75mm. Dari data ini didapatkan bahwa pada amoxilin tidak terdapat zona bening maupun indeks daya hambat.

Dari desinfektan, detol dimeter zona beningnya 47,74mm dan indeks zona hambatnya 6.96mm. Bayclin diameter zona beningnya 0 dan indeks zona hambatnya -1, pada wipol diameternya zona bening 0 dan indeks daya hambatnya -1, sedangkan pada listerin diameter zona beningnya dan indeks zona hambatnya masing-masing adalah 0mm dan -1mm, dari data ini didapatkan bahwa pada bayclin, wipol, dan listerin tidak terdapat diameter zona beningnya.

Dalam pratikum ini digunakan antibakterial yang terdiri dari 3 antibiotik dan 1 detejen, yang dimana amoxilin merupakan salah satu antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel dengan mengikat salah satu atau lebih pada ikatan penisilin -protein sehingga menyebabkan penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel terhambat, dan sel bakteri menjadi pecah (lisis) (Anonim,  2011).

Ampisilin memiliki mekanisme yang sama dalam penghancuran dinding sel peptidoglikan, hanya saja ampisil mampu berpenetrasi kepada bakteri gram positif dan gram negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino pada ampisilin, sehingga mampu menembus membran terluar pada bakteri gram negatif (Anonim, 2011).

Chloramfenicol adalah antibiotik yang mempunyai aktivitas bakteriostatik dan pada dosi tinggi bersifat bakterisidal. Aktifitasnya menghambat sintesis protein dengan jalan mengikat ribosom yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida (Anonim, 2011).

Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh organisme (mikroorganisme) hidup, yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnahkannya (Irianto, 2006).
Berdasarkan sifatnya (daya hancutnya) antibiotik dibagi menjadi dua :

  1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu bakteri yang bersifat dektruktif terhadap bakteri
  2. Antibakteri yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Bakterisidal adalah suatu bahan yang mematikan bentuk-bentuk vegetatif bakteri, sedangkan bakteriostatik adalah suatu keadaan yang menghambat pertumbuhan bakteri (Pelczar, 2006).
Dari percobaab ini didapatkan faktor kesalahan yaitu : tidak telitinya cara penculupan lidi kedalam larutan suspensi bisa mengakibatkan tidak terambilnya suspensi, pada saat melakukan suap bila tidak dilakukan dengan benardan rata pada permukaan media LBA dapat mengakibatkan tidak tumbuhnya bakteri tersebut.

BAB PENUTUP

5.1         Kesimpulan

Didapatkan hasil kesimpulan dari uji daya hambat mikroba:

  • Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zona hambatan ialah: kelarutan supensi bakteri. Waktu pengeringan atau peresapan sespensi bakteri, tenperatur inkubasi, waktu inkubasi, tebal agar-agar, jarak antara seobat.
  • Prinsip percobaan uji daya hambat mikroba adalah menghambat membasmi atau menyingkirkan mikroorganisme dengan cara mengganggu pertumbuhan dan metabolism melalui mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroorganisme menggunakan zat antibacterial.
  • Zat anti bakterial dalam menghambat atau membunuh  pertumbuhan bakteri secara in vitro. Ada dua yaitu diffusion test dan dilution test.

5.2         Saran

Pada percobaan ini sebaiknya bahan-bahan yang digunakan dapat lebih diperbanyak agar pratikan bisa mengetahui bahan-bahan apa saja yang bisa menghambat seperti penicillin pada obat-obatan.

DAFTAR PUSTAKA

Buckel. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia : Jakarta

Dwidjoseputo, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta

Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. PT Citra Aditya Bakti : Bandung

Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Wyrama Widya : Bandung

Lay, Bibiana W dan Sugyo Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali : Jakarta

Pelczar, micheal. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press : Jakarta

Anonim. 2008. http://queenufsheba.wordpress.com.Bakteri/staphylococcus/aureus. diakses tanggal 2 mei 2011. Pukul 23.00 WITA

Read More

About Me

Saya seseorang yang bercita-cita menjadi Process Engineer.
Designed By Seo Blogger Templates