BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
balakang
Pentingnya reaksi-reaksi dikenali sejak awal kimia.
Reaksi oksidasi dan reduksi ialah reaksi kimia yang di sertai dengan perubahan
bilangan oksidasi. Reaksi redoks ada yang berlangsung spontan ada juga yang
berlangsung tidak sepontan. Reaksi redoks yang berlangsung sepontan digunakan
sebagai sumber arus yaitu dalam sel volta seperti baterai dan aki reaksi redoks
yang berlangsung non. Spontan dapat berlangsung dengan menggunakan arus listrik
yaitu dalam elektrolisis yang diterapkan dalam industry pengolahan aluminium
dan pengolahan lainnya.
Dalam
oksidasi reduksi suatu intensitas diambil atau dibarikan dari dua zat yang
bereaksi situasinnya mirip dengan reaksi asam basa. Singkatnya reaksi
oksidasi-reduksi dan asam basa. Merupakan pasangan system dalam kimia reaksi
oksidasi-reduksi dan asam basa memiliki nasib sama, dalam hal keduannya
digunakan dalam banyak praktek kimia
sebelum reaksi ini dipahami.
Perkembangan
sel elektrik juga sangat penting penyusunan komponen reaksi oksidasi. Reduksi
merupakan praktek yang penting dan memuaskan secara intelektual. Sel dan
elektrolisis adalah contoh penting keduanya sangat erat dengan kehidupan
sehari-hari dan dalam industry kimia.
Oleh
karena itu yang melatar belakangi percobaan ini untuk mengetahui dan dapat
memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi dilakukan percobaan sederhana dan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan
percobaan
-
Mengetahui
hasil reaksi vitamin c ditetesi KMNo4 dan I2.
-
Mengetahui
normalitas KMNO4 setelah penitrasian H2C2O4 0,02 N.
-
Mengetahui
titrasi akhir titrasi pada percobaan.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
Redoks (reduksi/oksidasi) adalah istilah yang
menjelaskan hambatannya bilangan oksidasi ( keadaan oksidasi ) atom-atom dalam
sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti
oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, ataureduksi karbon oleh
hydrogen yang menghasilka metana (CH4) ataupun ia dapat berupa proses yang
kompleks sseperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer
electron yang rumit.
a.
Penemu
oksigen
Karena udara mengandung oksigen dalam jumlah yang
besar kombinasi antara zat dan oksigen yakni oksidasi paling sering berlangsung
di alam. Pembakaran dan perkataran logam pasti telah menarik perhatian orang
sejak dulu.
Namun, baru di akhir abad ke-18 kimiawan dapat
memahami pembakaran dengan sebenarnya. Pembakaran dapat di pahami hanya ketika
oksigen di pahami.
Oksidasi : reduksi dan hydrogen
Oksidasi : mendorong hydrogen
Reduksi : menerima hydrogen
b.
Peran
hydrogen
Ternyata tidak semua reaksi oksidasi dengan senyawa
organic dapat di jelaskan dengan pemberian dan penerimaan oksigen. Misalnya
walaupun reaksi untuk mensintesis aniline dengan mereaksikan nitro benzene dan
besi dengan kehadiran HCl adalah reaksi oksidasi reduksi dalam kerangka pemberian
dan penerimaan oksigen pembentuk CH3CH3 dengan penambahan hydrogen pada CH2 =
CH2, tidak melibatkan pemberian dan penerimaan oksigen. Namun 1 penambahan
hydrogen berefek sama dengan pemberiaan oksigen. Jadi, etana di reduksi dalam
reaksi ini :
Oksidasi : reduksi dan hydrogen
Oksidasi : mendonorkan hydrogen
Reduksi : menerima hydrogen
c.
Peran
electron
Pembakaran magnesium jelas reaksi oksidasi reduksi
yang melibatkan pemberian dan penerimaan oksigen
Reaksi antara
magnesium dan klorin tidak di ikuti dengan pemberian dan penerimaan oksigen
Oksidasi :
reaksi electron
Oksidasi :
mendorong electron
Reduksi :
menerima electron
Oksidasi reduksi
seperti dua sisi dari selembaran kertas, jadi tidak mungkin oksidasi atau
reduksi berlangsung tanpa disertai lawannya, bila zat menerima electron maka harus
ada yang mendonorkan electron tersebut. Dalam oksidasi reduksi, senyawa yang
menerima electron dari lawannya disebut oksidasi (bahan pengoksidasi) sebab
lawannya akan teroksidasi. Lawan oksidan yang medonorkan electron pada oksidan
disebut dengan redukton ( bahan pereduksi ) karena lawannya oksidan tadi
tereduksi suatu senyawa dapat berlaku sebagai oksidan dan juga redukton. Suatu
senyawa dapat berlaku sebagai oksidan dan juga redukton. Bila senyawa itu
mendonorkan electron pada lawannya, senyawa ini dapat menjadi redukton.
Sebaiknya bila senyawa ini muda menerima electron senyawa itu adalah oksidan.
d.
Bilangan
oksidasi
Bilangan oksidasi suatu unsure menyatakan banyaknya
electron yang dapat dilepas di terima maupun digunakan bersama dalam membentuk
ikatan dengan unsure lain bilangan oksidasi dapat berupa positif nol atau
negative.
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan unutk
mengoksidasi senyawa lain di katakan sebagai oksidatif dan dikenal sebagai
oksidator atau agen oksidasi. Oksidator melepaskan electron dari senyawa lain
sehingga dirinnya sendiri tereduksi oleh karena ia “menerima” elktron ia juga
di sebut sebagai penerima electron. Oksidator biasannya adalah senyawa-senyawa
yang memiliki unsure. Unsure dengan bilangan oksidasi yang tinggi seperti H2O2,
MNO4#, CrO3,Cr2O##, O5Ou) atau senyawa, senyawa yang sangat elektro negative
sehingga dapat mendapatkan satu atau dua electron yang lebih dengan
mengoksidasi sebuah senyawa (misalnya oksigen ). Fluorin, klorin, dan bromine).
Untuk
memperluas konsen bilangan molekul pada molekul poliatomik. Penting untuk
mengetahui distributor electron dalam molekul dengan akurat. Karena hal ini
sukar, di putuskan bahwa muatan formal di besikan pada tiap atom dengan
mengunakan aturan tertentu dan bilangan oksidasi di definisikan berdasarkan
muatan formal untuk lebih jelaasnya lihat table 2.1
Table 2.1 bilangan oksidasi
No
|
Keterangan
|
Biloks
|
Contoh
|
1
2
3
|
Unsure-unsur bebas
Unsure-unsur dalam senyawa
Unsure-unsur penyusun dalam ion
|
0
0
Sama dengan muatan dalam ionnya
|
Cu,Zn,Ni,Ag
H2SO4, NH4
|
Senyawa-senyawa
yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa. Senyawa lain dikatakan sebagai
reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan
elektronnya kee senyawa lain sehinggga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena itu
is “mendonorkan” elektrodanya ia juga di sebut sebagai penderma elektron.
Senyawa-senyawa yang berupa sebagai reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur
logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn dan Al dapat digunakan sebagai reduktor
logam-logam ini dapat memberikan elektrodannya dengan mudah. Reduktor jenis
lainnya adalah reagen transfer hibrida, misalnya NaBH4 dan L##,
reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik, terutama dalam reduksi
senyawa-senyawa karbonil menjadi alcohol . metode reduksi lainnya yang juga
berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis paladium, platinum,atau
riak reduksi katalitik ini utamanya di gunakan pada reduksi ikatan rangkap dua
atau tiga karbon-karbon cara yang mudah unutk melihat proses redoks adalah redactor
mentransfer elektronya ke teroksidasisehingga dalam reaksi , reduktor
melepaskan elektrondan teroksidasi dan oksidator mendapatkan electron dan
tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi di
sebut sebagai pasangan redoks (petrucci, ralp H. 1999).
Penyusun
persamaan reduksi oksidasi penyesun setengah reaksi dapat dengan mudah di
tentukan dengan setengah reaksi dan reaksi total.
a.
Penyusun
setengah reaksi oksidasi reduksi
1.
Tuliskan
persamaan perubahan oksidasi dan redukton
2.
Setarakan
jumlah hydrogen dari ke dua sisi persamaan dengan menambahkan sejumlah H2O
3.
Setarakan
jumlah hydrogen di ke dua sisi persamaan dengan menambahkan jumlah H+yang tepat
4.
Setarakan
muatanya dengan menambahkan sejumlah electron sekali setengah reaksi telah di
susun mudah untuk menyusun persamaan reduksi oksidasi keseluruhan dalam osidasi
reduksi penerunan bilangan oksidasi oksidan dan kenaikan bilangan oksidasi
redukton harus sama hal ini sama dengan hubungan ekuivalen dalam reaksi asam
basa.
b.
Penyusunan
reaksi oksidasi reduksi total.
1.
Pilihlah
persamaan untuk oksidasi dan reduktan yang terlibat dalam reaksi kalikan
sehingga jumlah electron yang terlibat sama.
2.
Jumlah
kan kedua reaksi (elektronya akan saling meniadakan)
3.
Ion
lawan yang mungkin muncul dalam oersamaan harus di tambahkan ke dua sisi
bersamaan sehingga kesetaraan bahan tetap di pertahankan.
Jumlah kuantitatif oksidan dan reduktan sehingga reaksi oksidasi
reduksi lengkap mirip dengan
stoikiometri asam basa.
Stoikiometri oksidasi reduksi
nOMOVO = nRMRVR
Jumlah ekuantitatif oksidasi dan reduktor sehingga reaksi oksidasi di
setarakan
|
Keterangan : O
= oksidasi
R = reduktor
n = perubahan bilangan oksidasi
M = konsentrasi mular
V = volume
Prinsip yang terlibat
dalam titrasi oksidasi reduksi secara prinsip identik dengan dalam titrasi asam
basa. Dalam titrasi reduksi oksidasi pilihan indikatornya untuk menunjukan
titik akhir terbatas kadang hantar larutan di gunakan sebagai indicator
berbagai maam senyawa aromatic di reduksi oleh enzim untuk membentuk senyawa
redikal bebas. Secara umum penderma elektrodanya adalah berbagai jenis
Havoenzim dan koenzimnya. Seketika terbentuk radikal-radikal bebas anion ini
akan mereduksi oksigen menjadi super oksida. Rekasi bersihnya adalah oksidasi
koenzim Havoenzim dan reduksi oksigen menjadi super oksida. Tingkah laku
katalitik ini di jelaskan sebagai siklus redoks (Keenam, 1984).
Redoks sering di hubungkan
dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang di amati dalam
reaksi asam basa reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu
terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi
kimia. Penerjemaan reaksi redoks agak lebih sulit di tulis dan di kembangkan
dari persamaan reaksi biasa lainya. Karena, jumlah zat yang di pertukarkan
dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu sama lainya dengan persamaan
reaksi lain. Persamaan reaksi redoks harus di seimbangkan dari segi muatan dan
materi pengembangan materi biasanya dapat di lakukan dengan mudah sedangkan
penyeimbangan muatan agak sulit karena itu perhatian harus di curahkan pada
penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stiokiometri menurut
batasan umum, reaksi redoks adalah proses serah terima elektron antara dua
system redoks.
Oksidasi reduksi
seperti dua sisi dari selembar kertas jadi tidak mungkin oksidasi dari reduksi
berlangsung tanpa di sertai lawanya. Bila zat menerima elektron maka harus ada
yang mendonorkan electron tersebut. Dalam oksidasi reduksi senyawa yang
menerima electron dari lawanya di sebut oksidan seban lawanya akan teroksidasi
lawan oksidan yang mendonorkan electron pada oksidan di sebut dengan reduktan
karena lawan oksidan tadi tereduksi suatu senyawa yang dapat berlaku selaku
oksidan dan juga reduktan. Bila senyawa itu mudah mendonorkan electron pada
lawanya senyawa ini dapat menjadi reduktan sebaliknya bila senyawa ini mudah
menerima electron sennyawa itu adalah oksidan.
Ternyata tidak semua
reaksi oksidasi dengan senyawa organic dapat di jelaskan dengan pemberian dan
penerimaan oksigen misalnya walaupun reaksi untuk mesentisis anlin denga
mereaksikan nitro benzene dan besi dengan kehadiraan HCl adalah reaksi oksidasi
pembentukan CH3CH3 dengan penambahan hydrogen pada CH2CH2
tidak melibatkan pemberiaan dan penerimaan oksigen.
Oksidator melepaskan
elektron dari senyawa lain sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia
“menerima” elektron dapat disebut sebagai penerima elektron oksidator biasanya
adalah senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi.
Metode reduksi lainya
yang juga berguna melibatkan gas hydrogen (H2) dengan katalis
poladium atau nikel reduksi katalitik
ini utamanya di utamakan pada ikatan rangkap dua atau tiga karbon-karbon cara
yang mudah untuk melihat proses redoks adalah reduktor mentransfer elektronya
ke oksidator (Rivai, 1995).
BAB 3
METODELOGI PERCOBAAN
3.1
Alat
dan bahan
3.1.1
Alat
-
Tabung
reaksi
-
Beaker
gelas
-
Biuret
-
Pipet
tetes
-
Labu
erlenmayer
-
Hot
plate
-
Gelas
ukur
-
Thermometer
-
Rak
tabung reaksi
-
Pipet
volume
3.1.2
Bahan
-
Vitamin
C
-
Asam
oksalat
-
KMnO4
-
H2C2O4
(0,01 M)
-
H2SO4
(1 M)
-
I2
-
Tissue
-
Kertas
label
3.2
prosedur
percobaan
3.2.1
Analisa
kuantitatif vitamin C
-
Diambil 20 tetes vitamin C di masukan ke dalam tabung
reaksi
-
Di
tambahkan KMnO4 4 tetes
-
Dikocok
-
Di
amati dan di catat perubahan yang terjadi
-
Di
ambil 20 tetes vitamin C di masukan ke dalam tabung reaksi
-
Di
tambahkan I2 sebanayak 2 tetes
-
Di
kocok
-
Di
amati dan di catat perubahan yang terjadi
3.2.2
Standarisasi
larutan KMnO4
-
diambil
10 ml H2C2O4 0,01 M dimasukkan dalam labu
erlenmayer
-
ditambahkan
2 ml H2SO4 1 M
-
dipanaskan
hingga suhu 60˚ - 70˚c
-
dititrasikan
dengan KMnO4 hingga titik akhir titrasi
-
dicatat
volume KMnO4 dan hitung konsentrasinya
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Perlakuan
|
Pengamatan
|
Analisis kuantitatif vitamin C
-
diambil ± 20 tetes vitamin C dimasukkan dalam tabung reaksi
-
ditambahkan KMnO4 4 tetes, dikocok
-
diamati
-
diambil ± 20 tetes vitamin C dimasukkan dalam tabung reaksi
-
ditambahkan I2, 2 tetes di kocok
-
diamati
standarilisasi larutan KMnO4
-
diambil 10 ml H2C2O4 0,01 M dimasukkan kedalam erlenmayer
-
ditambahkan 2 ml H2SO4 1 M
-
dipanaskan hingga suhu 60o-70oC
-
dititrasi dengan KMnO4 hingga titik akhir titrasi (lembayung) 2,15 ml
-
dicatat volume KMnO4
|
-
warna larutan kuning pekat
-
warna larutan menjadi kuning muda
-
warna larutan kuning pekat
-
warna larutan kuning muda
-
warna larutan setelah di tambahkan KMnO4 lebih muda dari warna larutan
setelah I2
-
warna larutan kuning
-
warna larutan menjadi merah lembayung
V=2,15ml
N1=H2C2O4 N2=KMnO4
V1= 10ml V2=2,15ml
N1.V1 = N2.V2
= 0,0465116 N
|
4.2
Reaksi
2.4.1.
Reaksi
KMnO4 + vitamin C
2.4.2.
Vitamin C + I2
2.4.3.
Reaksi
KMnO4 + 5H2C2O4
4.3
Perhitungan
4.4
Pembahasan
prinsip percobaan reaksi oksidasi – reduksi adalah
pemberian dan penerimaan elektron atom ataupun ion. Dengan kata lain senyawa
yang memiliki elektron lebih maka akan didonorkan kepada senyawa yang
kekurangan elektron begitu pula sebaliknya.
Fungsi reagen KMnO4 sebagai oksidator H2SO4
sebagai pemberi suasana, autokatalisator dan autoindikator, I2
sebagai oksidator, autokatalisator dan autoindikator, H2C2O4
sebagai reduktor fungsi perlakuan mengapa pada percobaan kuantitatif harus
dipanaskan dengan suhu 60-70 c sebab bila larutan H2C2O4
dipanaskan dibawah suhu 60 c maka ketika larutan tersebut dititrasi KMnO4.
Pada suhu kurang dari 60 – 70 c akan menghasilkan endapan MnO4.
Apabila dipanaskan pada suhu diatas 70 c maka H2C2O4 akan terurai menjadi C02 dan H2O,
hingga reaksi berjalan lambat Oleh karena itu suhu optimal yang digunakan
adalah 60-70oC.
Pada percobaan analisa kuantitatif vitamin C dilakukan 2 percobaan yang berbeda
percobaan pertama adalah pertama-tama diambil vitamin C sebanyak 20 tetes.
Kemudian kedalamannya ditambahkan 4 tetes KMnO4, maka akan
menghasilkan titrat yang awalnya orage tua menjadi orange muda. Dalam hal ini
dapat terjadi demikian disebabkan KMnO4 mengalami reduksi dan
vitamin C dan kedalamannya ditambahkan 2 tetes I2 sebagai pengganti
KMnO4 warna akan berubah warna menjadi yang awalnya orage tua
menjadi warna orange muda. Sebab I2 mengalami reduksi pada percobaan
terakhir yaitu percobaan standarlisasi larutan KMnO4 pada percobaan
ini mula-mula diambil 10 ml H2C2 0,01 ml ditambahkan 2ml
H2SO4 1 N. kemudiaan dipanaskan pada suhu 60-70 ##
dititrasi dengan KMnO4 hingga berubah warna menjadi merah lembayung.
Pada percobaan kali ini volume pentitrasi yang diperoleh adalah 2 ml sehingga
dari perhitungan dapat diketahui normalitasnya adalah sebesar 1 N berbeda
dengan KMnO4 sebelum dititrasi. Hal ini dapat terjadi karena
konsentrasi KMnO4 sebelum titrasi merupakan konsentrasi larutan,
sedangkan konsentrasi KMnO4 setelah dititrasi merupakan titik
ekuivalen.
Redoks adalah istilah yang menjelaskan berubahnya
bilangan oksidasi atom-atom dalam sebuah reaksi kimia pengertian dan oksidasi
dapat dijelaskan tiga konsep
a.
konsep
pengikat oksigen
berdasarkan
konsep ini oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikat oksigen Oleh suatu
zat dan reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen dari suatu Zat
b.
konsep
pengikatan hidrogen
berdasarkan
konsep ini oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan hidrogen Oleh suatu
zat dan redukai adalah reaksi pelepasan hidrogen dari suatu zat
c.
Konsep ini berlaku umum tidak hanya
melibatkan reaksi pengikatan atau pelepasan oksigen atau elektron.
Faktor-faktor
kesalahan sering terjadi dalam praktikum yaitu sebagai berikut. Ketidaktepatan
praktikan dalam melakukan pemanasan seharusnya 60-70% dapat menjadi kurang atau
lebih, kekurangtelitian dalam melakukan titrasi sehingga volume yang diperoleh
tidak sesuai keinginan, ketidaktepatan praktikan dalam pengambilan larutan.
KMnO4
adalah senyawa yang stabil yang menghasilkan larutan warna lembayung. Semuanya
merupakan zaty pengoksidasi yang kuat. KMnO4 merupakan zat
pengoksida yang penting yang dimana untuk analisa kimia biasanya digunakan pada
larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi menjadi Mn2+. Sumber
utama senyawa mangan adalah MnO2. Juka MnO2 dipanaskan
dengan penambahan alkali dan zat pengoksidasi garam permanganat dapat
terbentuk.
3MnO2 + 6KOH + KClO3
K2MnO4 + KCl + 3H2O
Reaksi
penganganan bila direaksikan dalam suasuana asam, basa, netral
Basa
Autokatalisator
adalah katalis yang dihasilkan oleh suatu preaksinya atau hasil reaksinya
contohnya: KMnO4 berwarna ungu bila direduksi berubah menjadi ion Mn2+
yang tidak berwarna larutan I2 yang berwarna kuning coklat, titik
akhir dapat diketahui dari awal terbentuknya atau hilangnya warna kuning.
Perubahan warna ini dipertajam dengan larutan amilum atau kloroform atau karbon
tetraklorida, ion permanganat dan asam oksalat sedangkan autoindikator adalah
terjadi apabila pereaksi mempunyai warna yang kuat kemudian warna tersebut
hilang/berubah. Apabila direaksikan dengan zat lain contohnya KMnO4
berubah menjadi ungu apabila direduksi menjadi Mn2+ reaksi KMnO4
dan H2C2O4 reaksi ini makin lama makin cepat
karena terbentuk Mn2+ yang merupakan katalisator bagi reaksi
tersebut. I2 atau CO yang bersifat inhibitor pada reaksi
2H2(g) + O2 (g) →
2H2O(g)
Kekuatan
oksidator yaitu logam-logam. Yang terletak disisi kiri H+ memiliki
E° red bertanda negatif. Semakin ke kiri nilai E° red semakin keci (semakin
negatif). Hal ini menandakan bahwa logam-logam tersebut semakin sulit mengalami
reduksi akan meningkat dari kanan ke kiri. Sebaliknya logam-logam yang terletak
disisi kanan H+ memiliki E° red bertanda positif. Semakin ke kanan
nilai E° red semakin besar (semakin positif). Hal ini berarti bahwa logam-logam
tersebut semakin mudah mengalami reduksi dan sulit mengalami oksidasi.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
Volume KMnO4 setelah
dilakukan percobaan diperoleh V=2mL
-
Hasil yang dihasilkan Vitamin C ditambahkan
KMnO4 maka menghasilkan titrat yang awalnya orange tua menjadi orange muda atau tampak agak sedikit
memudar atau bening. Begitu pula pada saat ditetesi dengan I2.
-
Titik akhir titrasi ditandai dengan
adanya perubahan warna larutan pada saat penambahan suatu titran.
5.2 Saran
Agar
tidak terbentuk endapan MnO2 maka titrasi dilakukan segera setelah
pemanasan selesai.
DAFTAR
PUSTAKA
Keenan. 1989.
Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Pettrucci, Ralph
H. 1995. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan. Jakarta: Erlangga
Rivai. 1995.
Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Erlangga
No comments:
Post a Comment