BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai koloid baik dalam bentuk produk-produk maupun dalam keadaan terlihat yang biasa dijumpai. Seperti produk sabun, dan produk aerosol atau yang sering kali kita lihat seperi udara yang berdebu, kabut, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya setiap konsep dan penerapan serta perlakuan melalui praktek kimia membutuhkan larutan dan campuran. Di sini akan di bahas mengenai campuran yang secara khusus yakni campuran koloid. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi ( larutan kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dengan sifat larutan dan suspensi. Keadaan bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dan dapat di buat dalam keadaan koloid.
Melalui penjelasan di atas menyampaikan bahwa betapa pentingnya memepelajari koloid, baik dalam sifat-sifat koloid serta mengetahui cara pembuatan-pembuatan koloid. misalnya saja dalam industri cat, keramik, plastik, lem, tinta, mentega, keju, pelumas, sabun, detergen, gel,dan sejumlah besar produk lainnya. Maka dari pada itu, inilah yang mendasari mengapa perlu mempelajari sistem koloid. dan memang untuk mempelajari cukup mudah namun, dibutuhkan ketelitian untuk mencapai hasil yang baik dan dibutuhkan kinerja yang baik pula.
Oleh karena itu sangat penting dilakukannya praktikum mengenai sistem koloid ini mengingat begitu banyak kegunaannya serta begitu erat dengan hidup dan kehidupan sehari-hari dan amat berguna terutama dalam pengaplikasilainnya. Dalam mempelajari dan melakukan percobaan ini, diharapkan praktikan dapat memahami arti penting dari kegunaan koloid yang amat sering dijumpai terutama dalam bentuk produk-produk industri yang telah ada.
1.2 Tujuan Percobaan
- Mengetahui beberapa sifat koloid dalam percobaan
- Mengetahui cara pembuatan koloid dalam percobaan
- Mengetahui fungsi norit pada percobaan adsorbsi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tahun 1861, Thomas Graham, seorang ahli kimia bangsa inggris menguji perbedaan kemampuan perbedaan aliran zat terlarut dengan menggunakan perkamen, air, kristal gula, lem pelekat, dan tepung kanji. Mula-mula gula , lem perekat, dan kanji masing- masing dilarutkan kedalam air kemudian larutannya dimasukan ke dalam kantung perkamen, setelah ditutup rapat direndam dalam air.
Ternyata molekul gula memeiliki kemampuan untuk merembes keluar menembus pori-pori perkamen sehingga keluar dari kantong. Zat lain yang di cobakan oleh T. Graham adalah zat perekat dengan percobaan yang sama. Ternyata zat perekat tersebut sifatnya sama dengan sifat kanji. Yaitu tidak mampu menembus membrane perkamen.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Graham memberikan gagsan seperti berikut:
a. Molekul gula dapat lolos dari membrane perkamen, sedangkan kanji dan perekat tidak. Hal ini dimungkinkan karena ada perbedaan diameter molekul antara molekul kanji dengan molekul gula.
b. Larutan gula yang berasal dari dari kristal gula dan semacamnya disebut larutan yang berfungsi cepat atau kristaloid. Sedangkan zat perekat, kanji, dan susu, atau semacamnya yang bersifat lekat dan kental disebut disebut koloid.
Pada perkembangan selanjutnya, penggolongan zat menjadi koloid dan kristoloid tidak dapat dipertahankan karena banyak koloid dapat di kristalkan dan kristaloid dapat di buat menjadi kolid.
Pada tahun 1907 Ostwald mengemukakan istilah sistem terdispersi dan medium pendispersinya. Sistem koloid terdiri dari fase terdispersi dengan dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersinya. Zat yang didispersikan di sebut fase terdisfersi, sedangkan medium yang di gunakan untuk mendispersikan di sebut medium pendispersi. Analogi dalam latutan , fase terdispersi adalah zat medium terlarut sedangkan medium pendispersi adalah zat terlarut. Pada contoh campuran susu dan air, fase terdisfersi adalah adalah partikel susu dan medium pendispersi adalah air.
Seorang kimiawan jerman bernama Richard Zigmondy, pada tahun 1912 mendesain mikroskop ultra untuk mengamati partikel-partikel terlarut termasuk partikel koloid. Ternyata partikel koloid mempunyai diameter 10 -7 – 10-5. mengapa harus menggunakan mikroskop ultra? Karena hanya partikel yang ukuran diameternya lebih besar dari 10-5 cm dapat dilihat dengan mikroskop biasa.
Tingkat wujud (fase) benda terdiri dari, cair dan gas. Tiap tingkat wujud tersebut dapat menjadi tersebut dapat menjadi medium pendispersi ataupun fase terdisfersi, berdasarkan hal tersebut, sistem koloid dapat di bagi menjadi beberapa jenis, seperti yang tercantum dalam tabel di bawah ini:
Fase
Terdispersi
|
Medium Pendispersi
|
Nama
Koloid
|
contoh
|
Gas
|
Cair
|
Busa/ buih
|
Busa air laut, Busa sabun
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Karet busa,batu apung
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol cair
|
Kabut,awan,embun
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Susu,mayones, santan
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi padat
|
Mutiara,mentega,keju
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol padat
|
Debu, asap
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Cat kanji
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Kaca, paduan logam
|
Dari tabel di atas, yang perlu diingat adalah sebagai berikut:
a. Aerosol : sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas, jika yang trerdispersi berupa zat cair di sebut aerosol cair.
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol seprti semprot rambut (hair spray), semprot obat nyamuk, farpume, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol di perlukan suatu bahan pendorOng (propelan aerosol). Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa klorofluorokargon (CFC) dan karbondioksida.
b. Sol : sistem koloid yang fase terdispersinya berupa zat padat dan medium pendispersinya berupa zat padat, disebut sol padat.
c. Emulsi : sistem koloid yang fase terdispersinya berupa zat padat dan medium pendispersinya berupa berupa zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat dikenal dengan emulsi zat padat.
d. Busa : sisitem koloid yang fase terdispersinya berupa gas dan medium pendispersinya berupa cair, bila medium pendispersinya berupa zat padat disebut busa padat.
SIFAT - SIFAT KOLOID
Sifat-sifat koloid sangat berguna untuk dipahami dan ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Sifat-sifat koloid, antara lain:
1) Efek TyndaL
Suatu sifat koloid sangat berguna untuk dipahami dan ada kaitannya dengan percobaan tyndal. Bila suatu larutan (larutan sejati) disinari dengan seberkas sinar tampak maka berkas sinar tadi akan diserap dan dipancarkan. Sedangkan bila seberkas sinar dilewatkan pada sistem koloid maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel koloid, sehingga sinar yang melalui sisitem koloid akan teramati berupa jalur cahaya. Efek tyndal adalah sifat khas kolid yang dapat menghamburkan berkas cahaya.
Dalam kejadian sehari-hari, efek tyndal dapat dilihat dalam peristiwa berikut :
- cahaya matahari jelas sekali berkasnya di sela-sela pohon yang sekitarnya berkabut. Jika berkas cahaya matahario tampak jelas di sela-sela dinding dapur yang banyak asapnya .
- berkas cahaya proyektor tampak jelas di gedung bioskop yang banyak asap rokoknya.
- Sorot cahaya mobil berkas tampak jelas pada daerah yang berkabut.
2) Gerak Brown
Partikel koloid dapat bergerak lurus tetapi arahnya tidak menentu (gerak zigzag). Karena penemu gerakan partikel koloid seperti itu adalah Robert Brown maka gerak zig zag partikel koloid disebut gerak brown. Gerak brown adalah gerak zig zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati dengan mikroskop ultra. Gerak brown itu disebabkan adanya tumbukan dari partikel medium terdispersi.
Bila partikel dari sistem koloi dilihat dengan mikroskop akan tampak senantiasa partikel-partikel koloid bergerak lurus, tetapi arahnya tidak menentu.
3) Adsorbsi
Partikel koloid dapat mengadsorbsi ion atau muatan listrik. Adsorbsi adalah proses penyerapan di permukaan partikel koloid. Sifat adsorbsi partikel koloida ini sangat penting karena berdasarkan sifat tersebut banyak manfaat yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh:
a. Penjernihan air
Tawas adalah koloid yang biasa di pakai untuk menjernihkan air. Apabila tawas dilarutkan ke dalam air maka tawas tersebut akan terhidrolisis menjadi Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid tersebut dapat mengadsorbsi zat-zat warna dalam air,sehingga air tampak tidak berwarna dan jernih.
b. Penyembuhan sakit perut yang di sebabkan oleh bakteri apabila dianjurkan minum oralit/norit. Oralit/norit dapat menyembuhkan sakit perut karena dalam usus dapat membentuk sistem koloid yang mampu mengadsorbsi bakteri,sehingga bakteri itu mati.
c. Pemutihan gula tebu
Gula tebu yang dijual di toko atau di pasar ada yang berwarna coklat kotor dan ada yang berwarna putih bersih. Gula tebu yang berwarna putih bersih berasal dari gula berwarna coklat kotor yang sudah diputihkan melalui sistem koloid.
4) Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu cara untuk menunjukkan bahwa gerakan partikel koloid dikarenakan muatan arus listrik.
5) Koagulasi
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Dispersi koloid biasanya mengadsorbsi ion yang sejenis. Oleh karena itu,diperlukan konsentrasi tertentu larutan elektrolit untuk menstabilkan koloid. Bila larutan elektrolit tersebut berlebihan maka elektrolit tersebut akan menggumpalkan koloid. Penggumpalan partikel koloid dilakukan secara mekanis, fisis, dan kimia.
a. Mekanis : menggumpalkan koloid dengan pemanasan, pengadukan dan pendinginan. Proses ini akan mengurangi jumlah air atau ion di sekeliling koloid sehingga koloid akan mengendap misalnya :
1. bila larutan dari protein yang merupakan sistem koloid dipanaskan maka protein akan menggumpal.
2. Koloid agar-agar dalam air akan menggumpal bila dipanaskan.
b. Fisis : Contoh penggumpalan koloid cara fisis adalah penggunaan alat Cottrell. Asap/ debu dari cerobong pabrik dapat digumpalkan dengan alat listrik/cottrel. Alat biasanya dipakai pada cerobong asab di industri-industri besar,untuk menggumpalkan asap atau debu sebagai partikel koloid.Hal itu bertujuan untuk mengurangi pencemaran asap dan debu yang berbahaya.
c. Kimia : Cara ini dilakukan dengan menambahkan zat elektrolit ke dalam koloid sehingga koloid akan menggumpal.
Contohnya :
1. Getah karet(lateks) akan menggumpal bila diberi asam semut (formiat) atau diberi cuka.
2. Tawas yang mengandung elektrolit Al2(SO4)3 dapat menggumpalkan partikel koloid dalam air. Hal ini digunakan juga pada proses penjernihan air.
6.) Koloid Pelindung
Koloid pelindung merupakan sifat koloid yang dapat melindungi koloid lain. Koloid pelindung pada emulsi dinamakan emulgator. Ada beberapa koloid yang tidak mengalami pemggumpalan,jika di tambahkan suatu koloid lain. Koloid yang dapat memberikan kestabilan disebut koloid pelindung. Koloid pelindung membuntuk lapisan di sekeliling partikel koloid,sehingga melindungi muatan partikel koloid tersebut.
Contoh :
a.) Tinta tidak mengendap karena dicampur dengan koloid pelindung.
b.) Pada pembuatan es krim dicampur dengan gelatin sebagai koloid pelindung,yang mencegah pengkristalan es.
7.) Dialisis
Pemurnian koloid disebut dialisis. Dialisis dilakukan dengan cara memasukkan koloid yang akan di murnikan ke dalam kantung yang dibuat dari selaput semipermiabel. Mengapa di buat dari selaput semipermiabel? Karena selaput semipermiabel dapat melewatkan molekul-molekul air atau ion-ion, tetapi tidak dapat dilewati oleh partikel-partikel koloid.
Prinsip dialisis saat ini digunakan sebagai proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal,yang dikenal dengan blood dialysis. Ginjal yang berfungsi sebagai selaput semipermiabel dapat melewatkan ion-ion atau molekul-molekul sederhana yang mengotori darah,tetapi tidak dapat melewatkan butir-butir darah yang bersifat koloid. Jika ginjal seseorang rusak maka fungsi ginjal diganti mesin yang disebut dialisator.
PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Ukuran partikel koloid terletak antara larutan sejati dengan partikel-partikel suspensi. Pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu kondensasi da cara dispersi.
1) Cara Kondensasi
Cara kondensasi adalah dengan menggabungkan ion-ion,atom-atom,molekul-molekul,atau partikel yang lebih halus membentuk partikel yang lebih besar dan sesuai dengan ukuran partikel koloid.
2) Cara Dispersi
Cara dispersi adalah dengan menghaluskan butir-butir zat yang bersifat makroskopis (kasar) menjadi butir-butir zat yang bersifat mikroskopis (halus),sesuai dengan ukuran partikel koloid. Dispersi bisa dilakukan dengan cara mekanik,peptisasi maupun cara busur bredig.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Gelas kimia
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet tetes
- Corong kaca
- Pipet volume
- Gelas ukur
- Labu erlenmeyer
- Batang pengaduk
- sendok
3.1.2 Bahan
- AgNO3
- BaCl2
- NaCl (Garam dapur)
- Minyak goreng
- Detergen
- Gelatin
- Aquades (H2O)
- Tepung tapioka
- Norit
- Sirup
- Kertas Saring
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Koagulasi
- Dimasukkan 1 pipet BaCl3 dan NaCl 0,1M dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 2 tetes AgNO3
- Dibandingkan koagulasi yang terbentuk
3.2.2 Emulsi
- Dimasukkan 2ml minyak goreng dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 ml Aquades (digocok)
- Didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan
- Ditambahkan 10 tetes sabun kedalam campuran
- Digocok dan diamati
3.2.3 koloid pelindung
- Dilarutkan BaCl2 10 tetes
- Ditambahkan 10 tetes gelatin
- Ditambahkan AgNO3 sebanyak 2 tetes
3.2.4 Dispersi
a. Amilum tanpa digerus
- Dimasukkan 1 spatula dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 ml aquades
- Diaduk, disaring
b. Amilum digerus
- Dimasukkan 1 spatula dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 ml aquades
- Diaduk, dan disaring
c. Dibandingkan filtrat 1 dan filtrat 2
- Ditambahkan 5 tetes I2
- Diamati dan dibandingkan
3.2.5 Adsorbsi
- Satu (1) sendok spatula norit diletakkan dalam corong kaca yang telah diberi kertas saring
- Dilewatkan 10ml sirup dalam corong kaca tersebut
- Diperhatikan filtrat yang dihasilkan
- Dibandingkan dengan larutan awal
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
NO
|
PERLAKUAN
|
PENGAMATAN
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Koagulasi
- 1 pipet NaCl + 2 tetes AgNO3
- 1 pipiet BaCl2 + 2 tetes AgNO3
Emulsi
- 2ml minyak goreng + 2ml Aquades
- Ditambahkan 10 tetes sabun dan digocok
- Didiamkan
Koloid pelindung
- 10 tetes BaCl2 + 10 tetes glatin
- Ditambahkan 2 tetes AgNO3
Dispersi
Amilum tanpa digerus
- 1 spatula tanpa digerus + aquades 5ml dan digocok
- Disaring
- Filtrat ditetesi 5 tetes I2
Amilum digerus
- 1 spatula amilum + 5 ml Aquades dan dikocok
- Disaring
- Filtrat ditetesi 5 tetes I2
Adsorpsi
- 1 sendok spatula dimasukkan kedalam corong diberi kertas saring dialirkan 10ml sirup
|
- Keruh tanpa endapan
- Kurang keruh, memiliki endapan
- Terbentuk 2 fase larutan berwarna krem dan berbusah
- Air dan minyak menyatu dan berwarna kuning muda dan homogen
- Larutan bening
- Larutan keruh
- Larutan keruh terbentuk 2 fase
- Larutan bening
- Larutan menjadi ungu dan gelap muda
- Larutan keruh dan terbentuk 2 fase
- Larutan bening
- Larutan berwarna keunguan (ungu gelap)
- Sirup yang semula berwarna orange cerah menjadi orange gelap kevoklatan
|
4.2 Reaksi
4.2.1. Koagulasi
4.2.2. Koloid Pelindung
Glatin berfungsi sebagai koloid pelindung disaat pencampuran, glatin berfungsi untuk menstabilkan larutan agar mencegah partikel Ba (NO3)2. Menjadi padatan atau partikel besar dan mengendap.
4.2.3. Dispersi
- Amilum + I2
4.2.4. Koagulasi
4.2.5. Emulsi
4.3 Pembahasan
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Secara Makroskopis koloid tampak homogen, tetapi jika diamati dengan mikroskop ultra akan tampak heterogen, masih dapat dibedakan atas komponennya. Koloid umumnya keruh tetapi stabil (tidak memisah).
Suspensi adalah campuran kasar dan bersifat heterogen. Antar komponennhya terdapat bidang batas dan sering kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop. Suspensi tampak keruh dan tidak stabil. Suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan.
Larutan adalah campuran homogen, di mana antarkomponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultra. Selain itu, campuran homogen mempunyai komposisi yang sama pada setiap bagiannya.
Perbedaan antara koloid, suspensi dan larutan adalah sebagai berikut :
NO
|
Larutan
|
Koloid
|
Suspensi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Ukuran partikel kuran dari 10-7 cm
Homogen
Satu Fase
Jernih
Tidak memisah jika didiamkan
Tidak dapat disaring dengan saringan biasa
Tidak dapat disaring dengan membran perkamen
Berbentuk ion, molekul kecil
|
Ukuran partikel antara 10-7 – 10-5 cm
Antara Homogen dan Heterogen
Dua Fase
Keruh
Tidak memisah jika didiamkan
Tidak dapat disaring dengan saringan biasa
Dapat disaring dengan membran perkamen
Molekul besar, partikel
|
Ukuran partikel lebih besar dari 10-5 cm
Heterogen
Dua Fase
Keruh
Memisah jika didiamkan
Dapat disaring dengan saringan biasa
Dapat disaring dengan membran perkamen
Partikel Besar
|
Koloid yang medium pendispersinya zat cair dibedakan menjadi koloid liofil dan liofob. Hal ini didasarkan atas sifat tarikan antara partikel pendispersinya dengan partikel terdispersi. Liofil artinya suka pada cairan dan liofob artinya tidak suka ( takut ) pada cairan. Sol liofil lebih kental dari medium pendispersinya, dan tidak akan mengalami penggumpalan bila sedikit ditambahkan elektrolit. Oleh karena itu, koloid dari sol liofil lebih stabil jika dibandingkan dengan koloid liofob. Zat terdispersi dari suatu sol liofil dapat dipisahkan dari medium pendispersinya, dengan cara penguapan atau pengendapan. Contoh dari koloid liofil ini antara lain agar – agar, susu dan santan. Sedangkan sol liofob bersifat sebaiknya dengan sol liofil. Jika medium pendispersi dari sol liofob diuapkan atau digumpalkan dengan larutan elektrolit, sehingga zat terdispersi terpisah dari medium pendispersi. Contoh dari koloid liofob antara lain sol belerang dan sol emas.
Pada praktikum ini, sistem koloid yang digunakan yaitu Emulsi. Yaitu merupakan sistem koloid yang fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersinya berupa zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat dikenal dengan emulsi padat. Dari percobaan yang dilakukan, CCl4 yang merupakan fase terdispersi yang kemudian ditambahkan H2O yang merupakan medium pendispersinya.
Sifat – sifat koloid harus dipahami karena sangat berguna dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari – hari. Sifat – sifat koloid antara lain :
1) Efek Tyndal
Suatu sifat khas yang membedakan sistem kolid dengan larutan adalah dengan percobaan Tyndal. Bila suatu larutan (larutan sejati) disinari dengan seberkas sinar tampak maka berkas sinar tadi akan diserap dan dipancarkan. Sedangkan bila seberkas sinar dilewatkan pada sistem koloid maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel koloid, sehingga sinar yang melalui sistem koloid akan teramati berupa jalur cahaya. Efek tyndal adalah sifat khas koloid yang dapat menghamburkan berkas cahaya.
2) Gerak Brown
Partikel kolid dapat bergerak lurus tetapi arahnya tidak menentu (gerak zig zag). Karena penemu gerakan partikel koloid seperti itu adalah Robert Brown maka gerak zig zag partikel koloid disebut Gerak Brown. Gerak Brown adalah gerak zig zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati dengan mikroskop ultra. Gerak Brown itu disebabkan adanya tumbukan dari partikel medium pendispersi pada partikel koloid yang terdispersi.
Bila partikel dari sistem koloid dilihat dengan mikroskop akan tampak senantiasa partikel-partikel koloid bergerak lurus, tetapi arahnya tidak menentu (zig zag).
3) Adsorbsi
Partikel koloid dapat mengadsorbsi ion atau muatan listrik. Adsorbsi adalah proses penyerapan dipermukaan partikel koloid.
4) Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu cara untuk menunjukkan bahwa gerakan partikel koloid dikarenakan muatan arus listrik.
5) Koagulasi
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Dispersi koloid koloid biasanya mengadsorbsi ion yang sejenis. Oleh karena itu, diperlukan konsentrasi tertentu larutan elektrolit untuk menstabilkan koloid. Bila larutan elektrolit tersebut berlebihan maka elektrolit tersebut akan menggumpalkan koloid. Penggumpalan partikel koloid dilakukan secara mekanis, fisis dan kimia.
6) Koloid Pelindung
Koloid pelindung merupakan sifat koloid yang dapat melindungi koloid lain. Koloid pelindung pada emulsi dinamakan emulgator. Ada beberapa koloid yang tidak mengalami penggumpalan, jika ditambahkan suatu koloid lain. Koloid yang dapat memberikan efek kestabilan disebut koloid pelindung.
Pembuatan sistem koloid dilakukan dengan dua cara, yakni :
a) Cara Kondensasi
Cara kondensasi adalah dengan menggabungkan ion-ion, atom-atom, molekul-molekul atau partikel yang lebih halus membentuk partikel yang lebih besar dan sesuai dengan ukuran partikel koloid.
b) Cara Dispersi
Cara dispersi adal;ah dengan menghaluskan butir-butir zat yang bersifat makroskpopis (kasar) menjadi butir-butir zat yang bersifat mikroskopis (halus), sesuai dengan ukuran partikel koloid. Dispersi bisa dilakukan dengan cara mekanik, peptisasi maupun cara busur bredig.
Pada praktikum yang dilakukan terdapat beberapa faktor kesalahan yaitu seperti pada saat penggunaan alat-alat laboratorium yang kurang bersih saat dicuci ataupun dikeringkan sehingga menyebabkan sisa-sisa air / sabun bercampur dengan zat-zat yang akan direaksikan sehingga hasilnya tidak memuaskan / tidak akurat. Lalu, pada percobaan dispersi misalnya, percampuran H2O dan amilum yang tidak ekuivalen sehingga pada akhir percobaan didapatkan hasil akhir yang tidak tepat.
Pada percobaan ini digunakan gelatin. Fungsi dari gelatin di sini yaitu sebagai koloid pelindung. Pada percobaan ini gelatin melindungi AgCl agar tidak menjadi besar. Pada percobaan koagulasi, yaitu pada percobaan IA, BaCl2 direaksikan dengan AgNO3 akan menghasilkan suatu endapan. Berbeda dengan percobaan koloid pelindung. Dimana BaCl2 dicampurkan dengan gelatin terlebih dahulu . Disini gelatin berfungsi sebagai koloid pelindung sehingga pada saat direaksikan / dicampurkan dengan AgNO3 tidak menghasilkan endapan sehingga larutannya tetap bening. Karena disini gelatin berfungsi melindungi AgCl agar tidak membentuk suatu endapan. Dimana larutan AgCl diperoleh dari reaksi BaCl2 yang ditambahkan dengan AgNO3.
Fungsi dari NaCl di sini sebagai lapisan sekunder dan membentuk gumpalan – gumpalan ketika bereaksi dengan AgNO3 sehingga Na+ berikatan dengan NO3- menjadi NaNO3 yang melekat pada AgNO3.
Fungsi Detergen di sini yaitu sebagai emulgator yaitu dapat membedakan / menyatukan CCl4 dengan air. CCl4 ditambah air tidak dapat menyatu karena perbandingan kepolaran masing – masing zat CCl4 bersifat non polar dan air bersifat polar.
Fungsi I2 pada percobaan ini yaitu sebagai indikator, yaitu I2 dapat bereaksi dengan amilum (I2 berfungsi mengidentifikasi amilum) dalam suatu larutan, sehingga terjadi perubahan warna menjadi ungu kehitaman.
Fungsi BaCl2 pada percobaan ini yaitu untuk membentuk endapan pada reaksi BaCl2 + AgNO3 yang membentuk endapan Ba(NO3)2.
Fungsi CCl4 pada percobaan ini, atom klorin dapat menarik atom karbon sedemikian hingga muatannya seimbang dan juga CCl4 tidak dapat bercampur dalam pelarut polar seperti air.
Fungsi Norit yaitu sebagai Adsorben, yaitu penyerap warna larutan. Pada percobaan ini Norit menyerap warna pada permukaan sirup sehingga dihasilkan warna sirup yang pudar.
Pada percobaan Koagulasi dimana dipipet 2 ml BaCl2 ditambah dengan 1 ml AgNO3. Di mana ketika dicampurkan terjadi pengendapan di bawah tabung reaksi dan di atas serta terdapat banyak endapan. Lalu percobaan yang kedua, dipipet 2 ml NaCl + 1 ml AgNO3. Dimana ketika dicampurkan, didapatkan hasil di dalam tabung reaksi yaituterdapat pengendapan di atas dan di bawah tabung dan endapannya sedikit.
Pada percobaan Koloid Pelindung, dipipet 2 ml BaCl2 yang ditambah gelatin 3 tetes, yang kemudianditambah dengan AgNO3 1 ml dan diamati. Pada percobaan ini didapatkan hasil yaitu ketika BaCl2 ditambahkan gelatin, warna larutannya tetap bening. Kemudian setelah ditambahkan AgNO3 1 ml, larutannya berwarna putih susu dan banyak terdapat endapan.
Pada percobaan Emulsi, dipipet 1 ml CCl4 ditambahkan dengan 1 ml H2O. Ketika kedua larutan ini dicampurkan, ternyata terdapat dua fase di mana larutan CCl4 di atas dan H2O di bawah. (Percobaan ini hampir sama dengan percampuran minyak dan air). Di mana larutan ini tidak saling melarutkan. CCl4 yang bersifat non polar dan H2O yang bersifat polar. Kemudian untuk menyatukan kedua larutan ini, ditambahkan detergen sehingga kedua campuran tadi menyatu. Oleh karena itu, sifat detergen di sini yaitu sebagai emulgator.
Pada percobaan dispersi, dilakukan dua buah percobaan. Percobaan pertama, amilum yang digerus ditambahkan H2O, kemudian diaduk setelah itu larutan tersebut disaring dengan menggunakan corong kaca yang telah dilapisi kertas saring di atasnya. Setelah disaring, didapatkan larutan yang jernih. Lalu larutan tersebut ditetesi I2 sebanyak 5 tetes, maka warna larutannya menjadi ungu kehitaman. Oleh karena itu fungsi I2 disini yakni sebagai pengidentifikasi adanya amilum. Lalu percobaan yang ke dua, 1 sendok amilum yang tak digerus ditambahkan air. Diaduk hingga larut kemudian di saring dengan menggunakan corong kaca yang telah dilapisi kertas saring di atasnya. Setelah itu, didapatkan larutan yang jernih juga. Lalu larutan tersebut ditetesi I2 sebanyak 5 tetes, maka warna yang dihasilkan yakni warnanya lebih muda daripada yang digerus.
Pada percobaan Adsorbsi, di mana 1 sendok norit diletakkan ke atas corong kaca yang telah dilapisi kertas saring. Lalu dipipet 5 ml sirup yang dituang ke atas Norit. Larutan sirup perlahan – lahan akan turun dari kertas saring yang terdapat Norit. Dan ternyata warna sirup yang jatuh ke dalam labu erlenmeyer warnanya lebih pudar dari sebelumnya. Dan oleh karena itu, fungsi Norit di sini yaitu sebagai Adsorben, yaitu penyerap warna di permukaan larutan, dalam percobaan ini yaitu warna pada sirup.
Struktur minyak goreng
Struktur Sabun
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Beberapa sifat koloid yang berkaitan dalam kehidupan sehari – hari yaitu Efek Tyndal, Gerak Brown, Adsorbsi, Elektroforesis, Koagulasi, koloid pelindung, serta dialisis.
- Ada 2 cara pembuatan partikel koloid, yakni :
a. Cara Kondensasi yaitu di mana molekul – molekul diubah menjadi partikel – pertikel dengan ukurann koloid.
Contohnya : pembuatan hydrosol ( As2S3 )
b. Cara Dispersi yaitu di mana gumpalan zat besar diperkecil dengan cara penggerusan, pengadukan atau pengocokan.
Contohnya : Amilum yang telah digerus lalu disaring.
- Fungsi Norit pada percobaan Adsorbsi yaitu sebagai adsorben, yaitu penyerap warna pada permukaan larutan ( sirup ).
5.2 Saran
- Dalam percobaan sistem koloid ini, hendaknya dilakukan percobaankoloid yang berhubungan dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari – hari agar mudah dalam pengaplikasiannya. Contohnya : pembuatan es krim yang di tambah gelatin, tinta yang tidak mengendap karena dicampur dengan koloid pelindung, getah karet yang menggumpal ketika diberi asam formiat / cuka, dan lain – lain.
- Sebaiknya percobaan mengenai pembuatan dan sifat koloid ini ditambah, tidak hanya koagulasi, Adsorbsi, Emulsi dan koloid pelindung saja, tetapi ditambah juga dengan pembuatan gel, percobaan aerosol agar pengetahuan praktikan mengenai pembuatan dan sifat koloid bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Kusnawati, Tine Maria, dkk. 2005. Sains Kimia. Jakarta: Bumi Aksara
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga
thanks sangat membantu
ReplyDelete