BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan suatu hal
yang sangat berharga bagi makhluk hidup. Air merupakan suatu komponen krusial
penentu kelangsungan hidup bagi seluruh makhluk bernyawa. Namun, semakin usia
bumi ini yang berbanding lurus dengan pertambahan jumlah makhluk hidup terutama
manusia mengakibatkan kurangnya sumber air di bumi ini terlebih dengan
berkurangnya wadah penyimpanan air di alam seperti akar pohon dan tanah.
Keterbatasan sumber air
ini diperparah dengan ketersediaan air yang ada, tidak layak pake lagi karena
telah tercemar atau tercampur dengan zat lain. Air-air yang telah tecemar ini
tidak dapat digunakan lagi. Untuk itu perlu adanya perlakuan pada air-air
tercemar ini agar dapat digunakan lagi dengan memperoleh zat murninya. Cara
yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan melepaskan zat yang mencemari
air tersebut atau dengan memurnikannya. Pemisahan dan pemurnian dapat dilakukan
dengan berbagai cara sesuai dengan jenis campuran atau jika memurnikan air kita
dapat melihat jenis zat yang mencemari iar tersebut. Pentingnya pemisahan dan
pemurnian inilah yang melatarbelakangi percobaan ini, sehingga kita dapat
mengetahui berbagai cara pemisahan dan pelepasan larutan.
Selain itu, tidak hanya
dapat dilakukan pada zat cair saja, namun juga dapat dilakukan pada campuran
yang dibentuk oleh dua jenis zat padat. Dalam proses pemisahan dan pemurnian
ini juga, kita dapat mempelajari berbagai jenis zat murni dan berbagai jenis
zat campuran agar kita dapat melakukan metode pemisahan dan pemurnian yang
tepat, sesuai dengan jenis campuran yang ada. Dengan adanya pengenalan pada
proses pemisahan dan permurnian serta langsung dilakukan pada percobaan ini,
diharapkan kita dapat mengatasi krisis air yang kini masih menjadi masalah
besar dalam kehidupan sehari-hari kita dan kita dapat memahami tentang
metode-metode pemisahan.
1.2. Tujuan Percobaan
-
Mengetahui berbagai macam metode pemisahan dan pemurnian
dalam suatu campuran yang telah tercemar.
-
Mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan pada percobaan pemisahan
dan percampuran.
-
Mengetahui penggolongan pada campuran.
BAB 2
TIJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dan Penggolongan Campuran
Campuran terbentuk dari dua
zat atau lebih zat berlainan yang masihmempunyai sifat zat aslinya. Dalm
kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai campuran. Misalnya air sungai, tanah,
udara, makanan, minuman, dan lain-lain. Campuran dibagi menjadi dua yaitu :
a.
Campuran homogen
Campuran homogen adalah
penggabungan 2 zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya menyebar merata
sehingga membentuk 1 fasa. Yang disebut 1 fasa adalah zat yang sifat
komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian yang lain didekatnya.
Contohnya gula dan air, rasa manis air gula disemua bagian bejana sama, baik
diatas , dibawah, maupun dipinggirnya. Karena begitu kecil dan meratanya partikel
gula sehingga tidak dapat dilihat walaupun dengan mikroskop. (Syukri: 5, 1999)
b.
Campuran Heterogen
Campuran heterogen adalah
penggabungan yang tidak merata antara 2 zat tunggal atau lebih sehingga
perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya tidak sama diberbagai
bagian bejana. Contohnya campuran air dengan minyak tanah. Pada mulanya kedua
zat tidak bercampur, tetapi setelah dikocok dengan kuat minyak meyebar dalam
air berupa gelembung-gelembung kecil. Pada gelembung hanya terdapat minyak,
sedangkan yang lain adalah air. Jadi minyak tidak menyebar merata seperti gula
dan air. Dengan kata lain, dalam campuran heterogen masih ada bidang batas
antara kedua komponen atau mengandung lebih dari 1 fasa. (Syukri S, 1999)
Untuk memisahkan campuran homogen maupun heterogen dapat
dilakukan melalui proses pemisahan dan pemurnian. Pemisahan dilakukan untuk
memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur. Sedangkan pemurnian adalah
suatu cara untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau
tercampur oleh zat lain.
Campuran yang digunakan
untuk pemisahan dan pemurnian dapat digolongkan menjadi 3, yaitu:
1.
Larutan
Larutan
adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih yang terdispersi sebagai molekul
ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan itu tampak homogeny
(kontinue, tanpa bidang batas) dan mempunyai komposisi yang sama pada setiap
bagiannya. Komponen-komponen yang terdapat dalam larutan tidak dapat dipisahkan
melalui penyaringan. Sebagai contoh air dan gula.
Larutan
terdiri atas pelarut(solvent) dan zat terlarut(solute). Pada umumnya, komponen
yang jumlahnya terbanyaklah yang dianggap sebagai pelarut. Misalnya sirup
yaitu, campuran yang mengandung lebih banyak gula daripada air. Di samping itu,
zat padat atau cairan larut dalam cairan, maka dalam campuran terjadi gaya
tarik menarik antar molekul (intermolekul) zat terlarut dan pelarut. Selain itu
terdapat gaya tarik di dalam molekul atau ion masih tetap bersatu.
Larutan
dapat berubah padatan,cairan,atau gas. Udara dan emas 22 karat juga tergolong
larutan. diameter partikel larutan lebih kecil dari 1 nm.
2.
Koloid
Koloid
adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara campuran kasar dan
larutan. secara makrokopis koloid tampak homogeny, tetapi sacara mikrokopis
koloid bersifat heterogen. Oleh karena itu, koloid digolongkan kedalam campuran
heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabil dan tidak disaring.
Ukuran partikel koloid terletak antara 1-100nm, berada diantara larutan dan
larutan kasar atau suspense, sehingga masih cukup kecil untuk menembus kertas
saring biasa, cukup besar untuk menembus membrane atau filter ultra. (Estien
Yazid, 2005)
Koloid
umumnya keruh tetapi stabil(tidak memisah). Koloid dapat dibedakan dari larutan
berdasarkan sifatnya tehadap cahaya. Larutan bersifat tranparan, sehingga
berkas cahaya yang melalui larutan tidak dapat diamati dari samping (dari arah
yang tegak lurus dengan arah berkas cahaya). Sedangkan koloid menhamburkan cahaya,
sehingga berkas cahaya yang melalui kooid dapat dilihat dari samping. Contoh
koloid yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah santan, air
sabun, dan cat.
3.
Suspensi
Suspensi
adalah campuran kasar dan bersifat heterogen. Antar komponennya masih terdapat
bidang batas dan sering kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop.
Setelah suspense biasanya dimasukan untuk campuran heterogen dari suatu zat
padat dalam zat cair. Suspensi tampak keruh dan tidak stabil zat suspensi lamat
laun akan terpisah karena gravitasi (mengalami sedimentasi). Suspensi dapat
dipisahkan melalui penyaringan. Diameter partikel suspensi adalah lebih dari
100nm. Contoh campuran suspensi adalah campuran terigu atau kapur dengan air.
(Chang Raymond. 2005)
2.2. Metode Pemisahan Campuran
Terdapat banyak metode pemisahan
campuran. Pemisahan campuran didasarkan pada perbedaan sifat pada campuran.
Berbagai metode pemisahan diantaranya sebagai berikut :
a.
Pemisahan zat padat yang tidak larut dalam zat cair
1.
Dekantasi (pengendapan)
Dekantasi adalah
pemisahan komponen-komponen campuran dengan cara diendapkan. Contohnya
pengendapan pasir yang bercampur dengan air.
2.
Filtrasi (penyaringan)
Filtrasi adalah pemisahan
komponen-komponen campuran dengan cara menggunakan alat penyaring. Contohnya
pemisahan campuran bubuk kapur tulis dengan air menggunakan kertas saring.
b.
Pemisahan zat padat yang larut dalam zat cair
1.
Penguapan
Pada penguapan, larutan
dipanaskan hingga pelarutnya menguap dan meninggalkan zat terlarut.
2.
Kristalisasi
Kristalisasi adalah
pemisahan komponen-komponen campuran dengan cara mengkristalkan komponen
tercampur dengan cara dipanaskan kemudian didinginkan. Contohnya pembuatan Kristal
garam
c.
Pemisahan zat padat dari zat padat
1.
Pelarutan yang dikuti dengan penyaringan
melarutkan
komponen-komponen yang ingin dipisahkan lalu dipanaskan hingga menguap.
2.
Kristalisasi bertingkat
Kristalisasi bertingkat
sebenarnya adalah suatu proses kristalisasi
3.
Sublimasi
Sublimasi yaitu dua jenis
padatan dengan menyublim dari komponen yang dapat menyublim dan komponen yang
tidak dapat menyublim, yaitu senyawa yang pemanasanyya meleleh keudian mendidih,
dan pada pendinginan dari uap langsung menjadi padatan.
d.
Pemisahan zat cair dari zat cair
1.
Ekstrasi Pelarut
Pemisahan campuran
berdasarkan ekstasi berdasarkan perbedaan kelarutan komponen dalam pelarut yang
berbeda. campuran 2 komponen(misalkan A dan B) dimasukan kedalam X dan Y yang
sebagai pelarut. Syaratnya kedua pelarut ini tidak dapat bercampur seperti air
dan menyak. Semuanya dimasukan dalam corong pisah dan dikocok agar bercampur
secara sempurna dan kemudian didiamkan sampai pelarut X dan Y memisah kembali.
Kini zat A dan B berada dalam kedua pelarut X danY, tetapi perbandingannya
tidak sama.misalkan A lebih banyak larut di X, sedangkan B lebih banyak di Y. akhirnya
A dan B dipisahkan dengan membuka kran pada corong pisah perlahan-lahan dan ditampung
pada bejana yang bersih. (Syukri S. ,1999)
2.3. Prinsip dari Pemurnian dan Pemisahan Campuran
Pemisahan dan pemurnian bertujuan untuk
mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercampur atau tercemar. Zat
atau materi dapat dipisahan dari campurannya karena campuran tersebut memiliki
perbedaan sifat. Itulah yang mendasri pemisahan dan pemurniaan campuran.
Berikut adalah beberapa prinsip yang digunakan dalam proses pemisahan dan
pemurnian campuran.
1.
Perbedaan ukuran partikel
Jika ukuran partikel
suatu zat yang didinginkan berbeda. dengan zat yang tidak diinginkan (zat
pencampur) dapat dipisahkan dengan metode penyaringan (filtrasi). Untuk
keperluan ini harus menggunakan penyaring dengan ukuran yang sesuai. Partikel
zat hasil akan melewati penyaring dan disebut hasil penyaringan dan zat
pencampurnya akan terhalang yang disebut residu
2.
Perbedaan titik didih
Untuk memisahkan campuran
zat yang memiliki titik didih dapat melekukan metode sublimasi. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan lebih dulu menguap. Jika yang diinginkan
adalah zat yang memiliki ttik didih rendah, maka selanjutnya mengembunkan uap
dari zat tersebut dan mengalirkannya ke wadah tertentu. Jika yang diinginkan
adalh zat yang memiliki titik didih yang tinggi maka cukup memanaskan campuran
tersebut saja, sampai suhu mencapai titik didih zat yang kita cari.
3.
Perbedaan massa jenis
Suhu pengendapan zat akan
memiliki kecepatan mengendapkan yang berbeda dalam larutan yang berbeda. Zat
yang memilki massa jenis lebih besar dari pada pelarutnya akan mudah mengendap.
Bila dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan
pengendapan yang berbeda, maka daapt dilakukan pemisahan campuran tersebut
dengan metode sedimentasi. Tapi jika dalam campuran tersebut terdapat lebih
dari satu zat yang diinginkan, maka digunakan metode filtrasi.
4.
Adsorbsi
Adsorbsi merupakan penarikan
suatu zat oleh zat lain sehingga menempel pada permukaan dari bahan
pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran
renik atau organism.
5.
Absorbsi
Absorbsi merupakan suatu
fenomena fisik atau kimiawi atau suatu proses penyerapan yang terjadi pada
seluruh bagian permukaan.
6.
Perbedaan kelarutan
Suatu zat selalu memiliki
spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat mungkin larut dalam
pelarut A tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau sebaliknya. Secara umum pelarut
yang dibagi menjadi dua, yaitu pelarut polar dan pelerut non polar. Pelarut
polar mudah terlarut pada pelarut polar dan senyawa olar mudah terlarut pada
pelarut non polar. Dengan hal menggunakan perbedaan kelarutan didapatkan
pemisahahn campuran dengan pelarut tertentu.
7.
Difusi
Dua macam zat berwujud
cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi satu sama lain. Aliran ini dapat
dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa (baik
beasr tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil kearah
tertentu untuk memperoleh zat murni. Metode pemisahan campuran dengan
menggunakan bantuan listrik disebut elektrodialisis. Selain itu dikenal juga
istilah elektroforesis, yaitu pemisahan zat berdasarkan banyaknya nukleotida
(satuan penyusun DNA) dapat dilakukan dengan elektroforensis menggunakan suatu
media agar yang disebut gel agarosa.
2.4. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Secara sadar atau tidak,
dalam kehidupan sehri-hari banyak kegiatan yang berhubungan dengan proses
pemisahan dan pemurnian. Sebagai contoh yang sederhana dalah ketika kita
memisahkan antara ampas kelapa dengan santannya. Dengan menggunakan metode
penyaringan (filtrasi), ampas kelapa akan tertahan pada alat saring dan
santannya lolos dari alat saring.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.
Alat
dan Bahan
3.1.1. Alat-alat
-
Sendok
-
Gelas kimia 100 ml
-
Corong gelas
-
Tabung reaksi
-
Corong pisah
-
Cawan penguap
-
Batang pengaduk
-
Gelas ukur
-
Penjepit tabung
-
Hot plate
-
Erlenmeyer
3.1.2. Bahan
– bahan
-
Pasir
-
Kertas saring
-
Akuades
-
Kapur tulis
-
Norit
-
Garam dapur
-
Naftalena
-
Sirup mangga
-
Minyak goring
3.2.
Prosedur Percobaan
3.2.1.
Dekantasi
-
Dimasukan 1 sendok pasir kedalam 50 ml akuades
-
Diaduk dengan batang pengaduk
-
Didiamkan
-
Diamati
-
Dituang fase cairnya
3.2.2.
Filtrasi
-
Dimasukan 1 sendok kapur tulis yang telah dihaluskan kedalam
50 ml akuades
-
Diaduk
-
Disaring dengan kertas saring dan corong kaca
3.2.3.
Adsorpsi
-
Dimasukan 1 sendok norit yan gtelah dihaluskan dalam kertas
saring
-
Dialrkan sedikit demi sedikit sirup diatas corong kaca
-
Hasilya dimasukan kedalam tabung erlenmeyer
-
Diamati warna filtrasinya
3.2.4.
Kristalisasi
-
Dimasukan 1 sendok garam dapur kedalam gelas kimia yang
telah diisi 100 ml akuades
-
Diaduk hingga larut
-
Dipanaskan hingga pelarutnya habis
-
diamati
3.2.5.
Sublimasi
-
Dimasukan naftalena dan garam dapur kedalam cawan penguap
-
Diaduk
-
Ditutup dengan kertas saring yang telah dilubangi
kecil-kecil
-
Ditutup kembali dengan corong kaca yang disumbat lehernya
-
Dipanaskan lalu diamati
3.2.6.
Ekstrasi pelarut
-Dimasukan minyak goreng 50 ml kedalam
corong pisah
-Ditambah 50 ml akuades
-Dikocok
-Didiamkan hingga keduanya terpisah
-Diamati
-Dibuang fase cair melalui kran corong
pisah
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Dekantasi
-
Dimasukkan 1 sendok pasir kedalam gelas kimia
-
Ditambah 50 ml akuades
-
Didiamkan
-
Diamati
|
-
Setelah diaduk akuades yang berwarna jernih menjadi keruh
-
Setelah didiamkan terjadi 2 fase. Fase atas zat cair
(akuades) dan fase bawah zat padat (pasir).
|
2.
|
Filtrasi
-
Dimasukan 1 sendok kapur tulis yang telah dihaluskan
-
Ditambah 50 ml akuades
-
Diaduk
-
Disaring dengan kertas saring dan corong kaca
|
-
Setelah diaduk akuades menjadi keruh warna putih kapur
-
Tetapi setelah disaring kapur tertahan pada kertas saring
sehingga akuades berwarna bening kembali.
|
3.
|
Adsorpsi
-
Dimasukan 1 sendok norit bubuk dalam kertas saring
-
Dialirkan sedikit demi sedikit sirup mangga diatas corong
kaca
-
Diamati warna filtratnya
|
-
Sirup yang awalnya berwarna orange setelah disaring
menggunakan kertas saring yang da noritnya, warna sirupnya berubah menjadi
orange kekuning-kuningngan.
|
4.
|
Kristalisasi
-
Dimasukan 1 sendok garam dapur
-
Ditambah 10 ml akuades
-
Diaduk hingga larut
-
Dipanaskan hingga pelarutnya habis
-
diamati
|
-
setelah dipanaska garam yang tadinya larut dalam air
(akuades) kini menjadi kristal kembali
-
Kristal gara yang dihasilkan lebih putih dan lebih halus
|
5.
|
Sublimasi
-
dimasukan naftalena dan garam dapur kedalam cawan penguap
-
diaduk
-
ditutup dengan corong kaca dengan posisi terbalik lalu
lehernya disumbat tisu
-
dipanaskan
-
diamati
|
-
setelah dipanaskan naftalena berpindah keatas menempel
pada dinding corong kaca
-
naftalena berubah menjadi Kristal-kristal kecil
|
6.
|
Ekstrasi Pelarut
-
dimasukan 50 ml minyak goreng kedalam corong pisah
-
ditambah 50 ml akuades
-
dikocok
-
didiamkan
-
diamati
-
dibuang fase cairnya melalui kran corong pisah
|
-
setelah dikocok minyak goreng tidak tercampur dengan
akuades. Sehingga terjadi 2 fase. Fase atas minyak goreng dan fase bawah
adalah air.
-
Setelah kran corong pisah dibuka, minyak kembali seperti
semula.
|
4.2. Pembahasan
Campuran adalah suatu bahan yang terdiri atas satu atau lebih
zat berlainan yang bergabung menjadi satu yang masih mempunyai sifat zat
asalnya. Campuran dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : campuran homogeny dan
campuran heterogen. Campuran homogeny adalah cmapuran yang zat-zat penyusunnya
tidak tampak lagi dan tersebar secara merata, sedangkan campuran heterogen
adalah campuran yang zat-zat penyusunnya masih tampak dan masih memiliki sifat
asalnya.
Pada praktikum kali ini terdapat 6 percobaan. Percobaan yang
pertama adalah memisahkan campuran air dengan pasir. Pemisahan ini dilakukan
dengan cara dekantasi. Dekantasi adalah cara memisahkan zat padat yang tidak
larut dalam zat cair dengan cara diendapkan. Kita masukan pasir (solut) pada
air (solven) lalu diaduk. Pengadukan ini berfungsi untuk menghomogenkan kedua zat
tersebut. Setelah diaduk lalu didiamkan. Setelah didiamkan terbentuk 2 fase,
fase atas akuades dan fase bawah adalah tanah. Prinsip pada percobaan ini
adalah massa jenis. Massa jenis pasir lebih besar daripada massa jenis air,
sehingga pasir berada dibawah dan air berada diatas. Setelah pasir benar-benar
mengendap tuang cairan bagian atas. Lakukan penuangan dengan hati-hati. Karena
jika tidak hati-hati maka tanah yang mengendap akan ikut tertuang.
Pada percobaan kedua adalah pemisahan kapur tulis dengan
akuades dilakukan dengan cara filtrasi. Filtrasi adalah cara pemisahan zat
padat yang tidak larut dalam zat cair dengan cara peyaringan. Kapur
tulis(solute) yang telah dihaluskan dicampur dengan akuades(solven) lalu
disring dengan kartas saring yang diletakkan diatas corong kaca. Kertas saring
berfungsi sebagai penyaring(filter) dan didapatkan hasilnya kapur tulis sabagai
residu yang tertahab pada kertas saring dan akuades sebagai filtrate percobaab
ini menggunakan prinsip ukurang partikel. Ukuran partikel kapur tulis lebih
besar daripada ukuran partikel akuades sehinnga kapur tulis tertahan pada
kertas saring.
Pembahasan pada percobaan ketiga adsorbsi. Penyerapan dibagi
menjadi 2, yaitu: adsorbs dan absorbs. Adsorbs adalah penyerapan yang terjadi
pada bagian permukaan moleku. Sedangkan absorb si adalah penyerapan yang terjadi pada seluruh
bagian. Pada percobaan ketiga kita akan melakukan adsorbs sirup mangga dengan
norit. Letakkan norit diatas corong kaca yang telah dilapisi kertas saring.
setelah dilakukan penyaringan sirup yang tadinya berwarna orange menjadi lebih
pudar warnanya. Norit bertindak sebagai adsorben dan sirup sebagai larutan
sampel.
Percobaan keempat adalah memisahkan garam dapur (solute)
dengan akuades (solven). Pemisahan larutan ini dengan cara kristalisasi.
Kristalisasi adalah pemisahan zat padat yang larut dalam zat cair dengan
mengkristalkan komponen-kompenen tercampur dengan cara dipanaskan lalu
didinginkan. Pemanasan berfungsi untuk menguapkan zat cair. Percobaan
kristalisasi berdasrkan titik didih. Percobaan ini dilakukan denga cara
dipanaskan. Dipanaskan ini agar air dapat menguap sehingga terbentuk
butiran-butiran kriastal karena larutan menjadi pekat. Jika pada saat pemanasan
tekanan pemanas terlalu besar maka larutan akan meletup-letup. Oleh karena itu
saat melakukan parcobaan ini,tekanan pemanas harus tepat.
Percobaan kelima adalah memisahkan campuran antara naftalena
dan garam dapur. Naftalena memiliki struktur
Percobaan ini menggunakan
cara sublimas. Sublimasi adalah pemisahan zat padat dari zat padat, dengan cara
memisahan zat-zat dalam campuran yang mudah menyublim melalui pemanasan.
Naftalena yang tercampur dengan garam pada cawan penguap ditutup dengan kertas
saring yang telah dilubangi kecil-kecil menggunakan jarum. Lalu ditutup kembali
menggunakan corong kaca dengan posisi terbalik yang ujungnya disumbat dengan
tisu. Kemudian dipanaskan hingga naftalena berubah menjadi gas dan berubah
menjadi padat kembali setelah melalui proses pendinginan tanpa menjadi air
terlebih dahulu. Percobaan ini menggunkan prinsip titik didih. Titik didih
naftalena lebih rendah daripada titik didih garam dapur sehingga naftalena lah
yang menempel pada dinding corong kaca.
Percobaan yang keenam atau yang terakhir adalah pemisahan
minyak goreng dengan air. Minyak goring memiliki struktur
Pemisahan ini dilakukan
dengan cara ekstraksi pelarut. Ekstraksi pelarut adalah pemisahan zat cair dari
zat cair dengan bantuan pelarut tertentu yang memiliki kepolaran yang berbeda.
Percobaan ini menggunakan prinsip kepolaran. Minyak dan air tidak dapat bercampur
karena air bersifat polar artinya senyawa yang memiliki keelektronegatifan yang
jauh berbeda antara atom penyusunnya. Sedangkan minyak bersifat non polar,
minyak memiliki perbedaan keelektronegatifan yang relative kecil atau bahkan
nol. Setelah dikocok air sedikit keruh karena sedikit tercampur dengan minyak.
Setelah didiamkan terdapat dua fase air berada dibawah dan minyang berada
diatas. Hal ini terjadi karena massa jenis air lebih besar daripada massa jenis
minyak goreng.
Fungsi perlakuan diaduk agar larutan menjadi homogen atau
tercampur. Biasanya setelah diaduk larutan didiamkan agar dapat dengan mudah
diamati. Selain itu pada percobaan ini juga terdapat penyaringan, penyaringan
ini berfungsi agar residu tertahan pada penyaring dan kita mendapatkan
filtranya.
Secara sadar atau tidak sadar dalam kehidupan sehari-hari kita
banyak kegiatan berhubungan dengan proses pemisahan dan pemurnian sebagai
contoh yang sederhana adalah ketika memisahkan antara ampas kelapa dengan
santannya. Dengan menggunakn metode penyaringan ampas kelapa akan tetahan pada
alat penyaring dan santannya dapat lolos dari saringan. Bukan hanya itu saja
aplikasi pemisahan dan pemurnian dalam kehidupan sehari-hari ada juga yang
lainnya seperti pembuatan garam yang menggunakan metode kristaliasi, pembuatan
minyak kayu putih juga menggunakan metode pemisahan dan pemurnian.
BAB 5
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
-
Ada beberapa metode dalam pemisahan dan
pemurnian antara lain:
a. Dekantasi
adalah pemisahan zat padat dan zat cair yang tidak saling larut dengan cara
pengendapan.
b. Filtrasi
adalah pemisahan zat padat dari zt cair yang tidak saling larut dengan
menggunakan filter (penyaring)
c. Adsorbsi
adalah suatu proses pemisahan dengan cara bahan yang harus dipisahkan ditarik
oleh permukaan adsorben.
d. Kristalisasi
adalah pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan cara mengkristalkan
komponen tercampur dengan cara dipanaskan lalu didinginkan.
e. Sublimasi
adalah pemisahan padatan dari suatu campuran berbentuk padatan dengan cara
penguapan.
f. Ekstraksi
pelarut adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan melarutkan zat itu
pada pelarut yang sesuai.
-
Ada beberapa prinsip yang digunakan pada
percobaan ini antara lain : dekantasi menggunakan prinsip perbedaan massa
jenis, filtrasi menggunakan prinsip perbedaan ukuran partikel, kristalisasi
menggunakan prinsip perbedaan titik didih, dan sublimasi juga menggunakan
perbedaan titik didih.
-
Ada 2 macam campuran, yaitu campuran
homogen dan campuran heterogen. Contoh campuran homogen seperti campuran air dan
gula. Sedangkan contoh campuran heterogen seperti pada campuran minyak dan air.
5.2.
Saran
Dalam proses pemisahan dan pemurnian
dengan metode filtrasi untuk mendapatkan hasil (filtrat) yang baik, maka
gunakanlah penampang kertas yang kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Caenan,
Dkk. 1999. Kimia untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga
Petrucci,
Ralph. 1987. Kimia Dasar. Bogor:
Erlangga
S.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung:
ITB
Yazid,
estien. 2005. Kimia Fisik untuk Paramedis.
Yogyakarta: Andi
thanks ya
ReplyDelete