BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Reaksi kimia biasanya antara dua campuran
zat, bukannya antar dua zat murni. Suatu bentuk yang paling lazim dan campuran
adalah larutan reaksi kimia tlah mempengaruhi kehidupan kita. Di alam sebagian
besar reaksi berlangsung dalam larutan air. Sebagai contoh cairan tubuh kita,
tumbuhan maupun hewan, merupak larutan dari berbagai jenis zat. Dalam tanah pun
reaksi pada umumya berlangsung dalam lapisan tipis lerutan yang diabsorbsi pada
padatan.
Adapun contoh di kehidupan kita
sehari-hari yang menggunakan reaksi kimia seperti, makanan yang kita konsumsi
setiap saat setelah dicerna diubah menjadi tenaga tubuh. Nitrogen dan hydrogen
bergabung membentuk ammonia yang digunakan sebagai pupuk. Bahan bakar dan
plastik dihasilkan oleh minyak bumi, pati tanaman dalam daun disintesis dan
dan
O oleh pengaruh sinar matahari. Pelajaran
yang berkaitan dengan reaksi kimia lazim dikenal sebagi “stokiometri”.
Stokiometri adalah bagian ilmu kimia yang mempelajar hubungan kunatitatif
antara zat yang berkaitan dalam reaksi kimia.
Bila senyawa dicampur untuk bereaksi maka
sering tercampur secara kuantitatif stokiometri, artinya semua reaktan habis
pada saat yang sama. Namun demikian terdapat suatu reaksi dimana salah satu
reaktan habis, sedangkan yang lain masih tersisa. Reaktan yang habis disebut
pereaksi pembatas. Dalam setiap persoalan stokiometri, perlu untuk menentukan
reaktan yang mana yang terbatas untuk mengetahui jumlah produk yang dihasilkan.
Oleh karena itu percobaan ini dilakukan.
Diharapkan kita mengerti tentang pereaksi pembatas dan
pereaksi sisa.
1.2. Tujuan Percobaan
-
Untuk mengetahui titik maksimum dan
titik minimum NaOH-HCl
-
Untuk mengetahui titik maksimum dan
titik minimum dari campuran NaOH -
-
Untuk menetukan reaksi stokiometri dan non stokiometri
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian stoikiometri
Reaksi
kimia telah mempengaruhi kehidupan kita. Sebagai contoh : makanan yang kita
konsumsi setiap saat setelah dicerna berubah menjadi tenaga tubuh. Nitrogen dan
Hidrogen bergabungn membentuk ammonia yang digunakan sebagai pupuk, bahan bakar
dan plastic dihasilkan dari minyak bumi. Pati dalam tanaman dalam daun
disintetis dari CO2 dan H2O oleh pengaruh energi
matahari. Jadi dapat dikatakan bahwa stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari
kuantitas produk dan reaktan dalam reaksi kimia (Chang, 2003). Dengan kata lain
stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat
yang terlibat dalam reaksi (Syukri S, 1999).
2.2.
Hukum-hukum
dasar ilmu kimia
2.2.1. Hukum
kekekalan massa
Hukum kekekalan massa ditemukan oleh
Antonio Lauren Lavoisier (1785) yang berbunyi ”massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama”. Contoh larutan A terdiri dari perak nitrat 3,40 gram dan
25 ml air ditambahkan kedalam larutan B yang terdiri dari 3,92 gram kalium
kromat dan 25 ml air. Pada pencampuran ini terjadi reaksi dan menghasilkan
endapan coklat. Setelah selesai dan ditimbang ternyata bobot campuran larutan A
dan B itu tetap, yaitu 57,32 gram.
Berdasarkan hukum kekekalan massa cacah
atom tiap unsur ( bersenyawa atau bebas) yang ada disebelah kiri tanda panah
persis sama dengan cacah atom tiap unsur atau senyawa yang ada disebalah kanan.
2.2.2. Hukum
perbandingan tetap
Setelah munculnya hukum kekekalan massa,
maka sekitar tahun 1800 Josep Louis Proust melakukan penelitian tentang
hubungan massa unsur-unsur yang membentuk senyawa. Hasil penelitannya
menunjukkan perbandingan massa unsur-unsur yang menbentuk suatu senyawa tetap.
Kemudian lahir hukum proust atau hukum perbandingan tetap yang berbunyi: “setiap
senyawa terbentuk dari unsur-unsur dengan perbandingan tetap”.
2.2.3. Hukum
perbandingan ganda
John Dalton tahun 1804 adalah orang yang
pertama kali meneliti kasus adanya perbandingan tertentu suatu unsur-unsur yang
dapat membentuk senyawa lebih dari satu, yang dikenal dengan nama hukum
perbandingan tetap.Hukum Perbandingan Ganda berbunyi; “bila dua macam unsur
yang sama banyaknya, massa unsur berikutnya dalam senyawa-senyawa itu akan
berbanding sebagai bilangan bulat
positif dan sederhana”.
Contoh:
pada senyawa antara nitrogen dan oksigen.
Senyawa
|
Bobot (gram)
|
Perbandingan massa
oksigen untuk massa nitrogen tetap
|
|
Nirogen
|
Oksigen
|
||
Nitrogen monoksida
|
14
|
16
|
1 x 16
|
Nitrogen dioksida
|
14
|
32
|
2 x 16
|
Nitrogen trioksida
|
14
|
40
|
3 x 16
|
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa
untuk massa nitrogen tetap maka
perbandingan oksigen dari ketiga tersebut adalah; 1 : 2 : 3
2.2.4. Hukum
perbandingan volume
Hubungan antara volume dari gas-gas
dalam reaksi kimia telah diselidiki oleh Joseph Louis Gay-Lussac dalam tahun
1905. Hasil penelitian ini lahir hukum perbandingan tetap yang berbunyi: volume
gas-gas yang bereaksi, volume gas-gas hasil reaksi , bila diukur pada suhu dan
tekanan yang tetap akan berbanding sebagai bilangan bilangan bulat dan
sederhana.
2.2.5. Hukum
Avogadro
Avogadro
sangat tertarik mempelajari sifat gas dan pada tahun 1911 avogadro membuat
hipotesis Avogadro yang berbunyi: pada suhu dan tekanan yang tetap, “semua gas
yang volumenya sama akan mengandung mokelul yang sama cacahnya” (Syukri S 1999).
2.3.
Persamaan
kimia
Persamaan
kimia terdiri dari tiga hal yaitu pereaksi, anak panah dan hasil reaksi.
Pereaksi adalah zat mula-mula yang terdapat sebelum terjadi reaksi. Hasil
reaksi adalah zat apa saja yang dihasilkan selama reaksi kimia berlansung.
Suatu reaksi kimia berimbang menujukkan rumus pereaksi kemudian anak panahdan
hasil reaksi dengan jumlah atom dikiri dan di kanan anak panah sama.
Persamaan
kimia memberikan dua macam informasi penting yaitu tentang sifat reaktan dan
produk. Sifat reaktan dan produk harus ditentukan secara percobaan. Persamaan
reaksi sering ditunjukkan keadaan fisika reaktan dan produk (Sastrohamidjojo H,
2000).
Keadaan
|
Symbol
|
Padat
Cair
Gas
Larutan berair
|
(p)
(c)
(g)
(aq)
|
2.3.1. Penulisan
rumus kimia
Rumus suatu zat menyatakan banyaknya
atom yang menyusun zat tersebut. Ada beberapa jenis rumus antara lain:
a. Rumus
Unsur
Rumus unsur kebanyakan unsur ditulis
berdasarkan lambangnya baik yang monoatomik seperti Na, Ca, dan Fe, diatomik
seperti; H2, Cl2, dan F2, maupun berupa
poliatomik seperti S8 dan P4.
b. Rumus
Empiris
Rumus
empiris menyatakan perbandingan bilangan bulat terkecil dari atom-atom yang
membentuk suatu senyawa, misalnya H2O2 mempunyai
rumus empiris HO
c. Rumus
molekul
Rumus
molekul menyatakan banyaknya atom yang sebenarnya yang terdapat dalam molekul
atau satuan terkecil dari suatu senyawaan.
2.3.2. Menulis
persamaan berimbang
Untuk menulis suatu persamaan dapat
dilakukan dengan dengan tiga cara yaitu sebagai berikut :
1. Tulis
nama pereaksi, kemudian anak panah, dan kemudian hasil reaksi, (Metana + Oksigen
karbon dioksida + air)
2. tulis
ulang setiap pernyataan itu dengan menggunakan rumus tiap zat, (CH4
+ O2
CO2 + H2O)
3. berimbangkan
persamaan dengan memilih koefisien bilangan bulat yang sesuai untuk setiap
rumus, (CH4 + 2O2
CO2
+ 2H2O)
Apabila
satuan rumus telah dikenali, ini
merupakan cara sederhana untuk menentukan bobot rumus suatu senyawa. Bobot
rumus adalah masa dari satuan rumus relatif terhadap massa yang ditentukan.
1200000 untuk atom
karena bobot atom juga relatif terhadap
, bobot rumus dapat ditentukan dengan
penjumlahan bobot atom-atomnya. Bilasuatu senyawa menganding molekul-molekul
diskrit, dapat juga didefinisikan bobot molekulnya. Bobot molekul adalah massa
dari sebuah molekul terhadap massa yang ditentukan 1200000 untuk satuan atom
(Ralph Petrucci, 1987).
Bobot
satu mol suatu zat disebut bobot molar. bobot molar dalam gram
suatu zat secara numeris sama dengan bobot molekul dalam satuan massa atom.
Untuk menafsirkan persamaan kimia dalam kuantitas zat yang dapat dipelajari
dilaboratorium mula-mula semua kuantitas dinyatakan dalam mol.
Hampir
selalu terlalu terdapat pereaksi yang kurang banyak ketimbanag yang dibutuhkan
agas semua pereaksi bersenyawa. Pereaksi pembatas adalah zat yang habis
bereaksi saat reaksi kimia. Pereaksi sisa adalah zat yang masih tertinggal /
bersisa pada reaksi kimia. Perhitungan yang didasarkan persamaan harus dimulai
dari banyaknya pereaksi pembatas (keenan, 1984).
Mol
dari suatu zat adalah banyaknya susatu zat yang mengandung 6,022
1023
satuan.
Konsep mol sangatlah penting dalam ilmu kimia karena berguna dalam menentukan
jumlah partikelzat jika diketahui massa dan massa relatif. Dalam perhitungan
hubungan antara massa dengan mol adalah
Keterangan
: n = jumlah mol (mmol)
M = massa zat (M)
V = volume zat (ml)
Konsep mol juga terdapat pada gas dan
suhu dengan tekanan yang sama. Persamaan ini dikenal dengan persamaan gas ideal
yang dinyatakan sebagai
atau
Keterangan : T = suhu
n = jumlah mol
P = tekanan gas
V = volume
R = tetapan gas (0,082)
Terdapat banyak metode untuk menentukan
presentase bobot dari unsur-unsur yang berbeda dalam suatu senyawa. Metode ini
beraneka ragam tergantung pada mecam senyawa dan unsur yang menyusunnya. Dua
metode klasik yaitu :
a. Metode
analisis pengendapan dapat digunakan bila berbentuk senyawa yang sedikit sekali
larut. Misalnya suatu senyawa baru mengandung perak, maka dapat dilarutkan.
Persentase perak dapat dihitung dengan :
|
b. Metode
analisis pembakaran digunakan secara meluas. Jika suatu zat mengandung karbon
dan hydrogen. Contoh senyawa itu setelah ditimbang dapat dibakar dalam suatu
tabung tertutup dalam suatu aliran oksigen, untuk menghasilkan karbon dioksida
dan air. Produk pembakaran dikeluarkan dari tabung dengan aliran oksigen
kedalam 2 bahan penyerap, satu penyerap air dan lainnya menyerap karbon
dioksida (Keenan, 1984)
Dengan
mengetahui beberapa sifat jenis reaksi, kita dapat menerangkan reaksi-reaksi
kimia lebih mudah untuk dipahami. Jenis-jenis reaksi kimia antara lain :
1. Reksi
pembakaran adalah suatu reaksi dimana unsur atau senyawa bergabing dengan
oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana. Misalnya (CO2,
H2O, dan lain-lain)
2. Reaksi
penggabungan (sintesis) adalah suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih
kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur
maupun senyawa).
3. Reaksi
penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipisah menjadi zat-zat yang
lebih sederhana.
4. Reaksi
penggantian adalah suatu reaksi dimana sebuah unsur memindahkan unsur lain
dalam suatu senyawa.
2.4. Persamaan Reaksi Setara
Persamaan
reaksi setara adalah persamaan yang menunjukkan jumlah atom yang sama antara
reaktan maupun produk. Contohnya :
H2
+ 1/2O2
H2O
Jumlah
atom hydrogen dan oksigen dalam reaktan maupun produk adalah sama.
2.4.1. Hukum
boyle
Hukum
boyle berbunyi “pada suhu dan jumlah mol yang sama, maka hasil kali tekanan dan
volume selalu sama”.
Keterangan : P = tekanan zat
V = volume zat
2.4.2. Hukum
Boyle – Gay Lussac
Hukum
Boyle – Gay Lussac berbunyi : “ untuk gas dengan massa tertentu, massa hasil
kali volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah
tetap”. Untuk gas-gas yang jumlahnya sama, maka berlaku :
2.4.3. Hukum
Dalton
Hukum
Dalton berbunyi : “tekanan total dari campuran berbagai macam gas sama dengan
jumlah tekanan parsial dan gas-gas yang saling bercampur tersebut”.
Ptotal
= P1 + P2 + P3
|
Ada
dua jenis reaksi kimia yang dibedakan berdasarkan pana, yaitu :
-
Reaksi eksoterm
Reaksi eksoterm adalah
reaksi kimia yang melepas kalor. Kalor yang berpindah dari system ke
lingkungan. Perubahan entalpi bernilai negative.
-
Reaksi endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi kimia
yang menyerap kalor. Kalor berpindah dari lingkungan ke system. Perubahan
entalpi bernilai positif.
BAB 3
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1.
Alat
dan Bahan
3.1.1. Alat-alat
-
Gelas kimi 100 ml
-
Termometer
-
Gelas ukur 25 ml
-
Pipet tetes
3.1.2. Bahan-bahan
-
Larutan NaOH 1 M
-
Larutan HCL 1 M
-
Larutan
1
M
-
Akuades
-
Tisu
3.2.
Prosedur
Percobaan
3.2.1. Sistem
NaOH – HCL
-
Dituang 2 ml NaOH 1 M kedalam gelas
kimia
-
Diukur suhu NaOH menggunakan termometer
-
Dicuci/dibersihkan termometernya
-
Dituang 6 ml HCL kedalam gelas ukur
-
Diukur suhu HCL
-
Dibersihkan kembali termometernya
-
Digabungkan larutan NaOH dengan HCL ke
dalam gelas kimia
-
Diukur suhu campurannya
-
Dilakukan kembali langkah itu pada 4 ml
NaOH dan 4 ml HCL, lalu 6 ml NaOH dan 2 ml HCL
3.2.2.
Sistem NaOH -
-
Dituang 2 ml NaOH 1 M kedalam gelas kimia
-
Diukur suhu NaOH menggunakan termometer
-
Dibersihkan termometernya
-
Dituang 6 ml
kedalam gelas ukur
-
Diukur suhu
-
Dibersihkan kembali termometernya
-
Digabungkan larutan NaOH dengan
ke dalam gelas kimia
-
Diukur suhu campurannya
-
Dilakukan kembali langkah itu pada 4 ml
NaOH dan 4 ml
, lalu 6 ml NaOH dan 2 ml
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Pengamatan
4.2.1. Stokiometri
sistem NaOH – HCL
No.
|
NaOH
1 M
|
HCL
1 M
|
|||
1
|
2
ml
|
6
ml
|
30
|
30
|
30,6
|
2
|
4
ml
|
4
ml
|
30,5
|
29,5
|
32,1
|
3
|
6
ml
|
2ml
|
29
|
29
|
31
|
4.2.2. Stokiometri
sistem NaOH -
No.
|
NaOH
1 M
|
||||
1
|
2
ml
|
6
ml
|
30
|
30
|
30,6
|
2
|
4
ml
|
4
ml
|
30,5
|
29,5
|
32,1
|
3
|
6
ml
|
2ml
|
29
|
29
|
31
|
4.2.
Reaksi
dan Perhitungan
4.2.1. Reaksi
4.2.2.1. NaOH
+ HCL
NaCL +
O
4.2.2.2. 2NaOH
+
+
O
4.2.2. Perhitungan
4.2.2.1. Sistem
stokiometri NaOH + HCL
-
Diketahui :
V
NaOH :
2 ml
V
HCL :
6 ml
M
NaOH :
1 M
M
HCL :
1 M
Ditanya
:
Pereaksi
pembatas
Pereaksi
sisa
-
Diketahui :
V
NaOH : 4 ml
V
HCL :
4 ml
M
NaOH :
1 M
M
HCL :
1 M
Ditanya
:
Pereaksi
pembatas
Pereaksi
sisa
Jawab
:
-
Diketahui :
V
NaOH : 6 ml
V
HCL :
2 ml
M
NaOH :
1 M
M
HCL :
1 M
Ditanya
:
Pereaksi
pembatas
Pereaksi
sisa
Jawab
:
4.2.2.2. Stokiometri
sistem NaOH +
-
Diketahui :
V
NaOH :
2 ml
V
:
6 ml
M
NaOH :
1 M
M
:
1 M
Ditanya
:
Pereaksi
pembatas
Pereaksi
sisa
-
Diketahui :
V
NaOH : 4 ml
V
:
4 ml
M
NaOH :
1 M
M
:
1 M
Ditanya
:
Pereaksi
pembatas
Pereaksi
sisa
Jawab
:
-
Diketahui :
V
NaOH : 6 ml
V
:
2 ml
M
NaOH :
1 M
M
:
1 M
Ditanya
:
Pereaksi
pembatas
Pereaksi
sisa
Jawab
:
4.3.
Grafik
4.2.1. Grafik
Stokiometri Sistem NaOH - HCL
4.4.
Pembahasan
Stoikiometri
adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat
dalam reaksi. Reaksi stoikiometri adalah
suatu reaksi kimia dimana pereaksi dalam reaksi tersebur habis bereaksi,
sehingga tidak ada mol sisa dalam pereaksi atau tidak ada pereaksi pembatas.
Dala suatu reaksi juga terdapat reaksi eksoterm dan endoterm. Reaksi eksoterm
apabila kalor berpindah dari system ke lingkungan sehingga suhu disekitar
larutan menjadi panas sedangkan reaksi endoterm adalah apabila kalor berpindah
dari lingkungan ke sisitem, sehingga suhu system menjadi lebih dingin.
Apabila suatu
larutan berbeda dicampurkan biasanya terjadi perubahan sifat fisik, seperti
perubahan warna, suhu, bentuk, dan lain – lain. Dalam parktikum ini yang
dibahas adalah perubahan suhu. Suhu terendah dari suatu campuran disebut titik
minimum sedangkan suhu tertinggi dari suatu campuran disebut titik maksimum.
Biasanya titik maksimum didapat apabila reaksi tersebut adalah stoikiometri.
Dalam suatu
reaksi tidak semua reaktan habis. Terkadang dijumpai salah satu reaktan habis bereaksi duluan sehingga membatasi
berlanjutnya reaksi, pereaksi ini disebut pereaksi pembatas. Dari adanya
pereaksi pembatas maka terdapat reaksi yang belum bereaksi karena pereaksi yang
lain sudah habis duluan, pereaksi yang bersisa ini disebut pereaksi sisa.
Percobaan
pertama dilakkan dengan 3 perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu
dengan mencampurkan 2 ml NaOH 2 M dan 6 ml HCL 1 M dengan pengukuran
thermometer didapat suhu NaOH adalah 30
,
suhu HCL adalah 30
dan suhu campuran adalah 30,6
. Reaksi ini termasuk reaksi non
stoikiometri karena NaOH telah habis bereaksi duluan dan HCL masih barsisa.
Atau NaOH merupakan pereaksi pembatas dan HCL merupakan pereaksi sisa. Pada
perlukuan yang kedua yaitu dengan mencampurkan 4 ml NaOH 1 M dan 4 ml HCL 1 M
dalam pengukuran menggunakan thermometer didapat suhu NaOH = 30
, suhu HCL adalah 29,5
, dan suhu campurannya adalah 32,1
. Reaksi ini termasuk dalam reaksi
stoikiometri karena kedua reaktan habis bereaksi. Dan pada perlakuan yang
ketiga yaitu dengan mencampurkan 6 ml NaOH dan 2 ml HCL. Dalam pengukuran
menggunakan thermometer didapat suhu NaOH = 29
, suhu HCL = 29
sedangkan suhu campurannya adalah 31
reaksi inimerupakan reaksi non stoikiometri
karena terdapat pereaksi pembatas dan pereaksi sisa. Dimana pereaksi
pembatasnya adalah HCL dan pereaksi sisanya adalah NaOH. Dari percobaan pertama
didapat titik maksimumnya 32,1
yaitu
pada saat keadaan reaksi stoikiometri dan didapat titik minimumya 30,6
.
Percobaan di atas menggunakan
reagen NaOH yang bersifat basa dan larutan HCL yang bersifat asam yang apabila
kedua larutan dicampurkan akan didapat garam NaCl yang kemudian diukur suhunya
menggunakan thermometer agar dapat diketahui suhu setelah dicampurkan kemudian
diaduk agar kedua larutan dihomogenkan. Pada pembuatan larutan 1 M digunakan
akuades untuk mengencerkan larutan.
Pada percobaan kedua
digunakan reagen NaOH 1 M yang bersifat basa dan
yang
bersifat asam. Yang apabila dicampurkan akan menjadi garam
dan juga digunakan akuades untuk mengencerkan
larutan NaOH dan
menjadi 1 M. percobaan kedua dilakukan dengan
mencampurkan larutan kemudian diaduk agar larutan menjadi homogen kemudian
diukur suhunya agar dapat diketahui tinggi suhunya. Percobaan kedua juga
dilakukan tiga perlakuan berbeda yang pertama yaitu mencampukan
2 ml NaOH dengan 6 ml
dan didapat suhu NaOH adalah 28
,
suhu
dan suhu campurannya
reaksi ini termasuk dalam reaksi non
stokiometri karena terdapat NaOH sebagai pereaksi pembatas dan
sebagai pereaksi sisa. Perlakuan kedua adalah
dengan mencampurkan 4 ml NaOH dan 4 ml
dan didapat suhu NaOH adalah
,
suhu
adalah
dan suhu campurannya adalah
. Reaksi ini juga termasuk dalam reaksi
non stokiometri karena terdapat NaOH sebagai pereaksi pembatas dan
sebagai pereaksi sisa. Pada perlakuan ketiga
dicampurkan 6 ml NaOH dan 2 ml
dan didapat suhu NaOH adalah
, suhu
adalah
dan suhu campurannya adalah
. Reaksi ini juga merupakan reaksi non
stokiometri karena terdapat NaOH sebagai pereaksi dan
sebagai pereaksi pembatas. Dan pada
percobaan kedua ini didapat titik maksimumnya adalah
dan
titik minimumnya adalah
.
Dari kedua percobaan diatas
dapat kita buat garfik suhu terhadap jumlah volume masing – masing reagen. Pada
grafik 4.3.1 dapat kita lihat apabila semakin banyak pereaksi yang beraksi atau
semakin sedikit pereaksi yang bersisa maka perubahan suhu semakin tinggi
sehingga pada percampuran 4 ml NaOH 1 M dan 4 ml HCL 1 M merupakan suhu
tertinggi karena reaksi tersebut merupakan reaksi stoikiometri. Dan pada grafik
4.3.2 juga membuktikan semakin sedikit konsentrasi pereaksi sisa semakin tinggi perubahan suhunya. Dan didapat
tertinggi pada campuran 6 ml NaOH dan 2 ml
.
Dalam praktikum ini terdapat
beberapa factor kesalahan yang membuat hasil percobaan kurang akurat yaitu
ketika pengukuran suhu menggunakan thermometer.Thermometer mengenai dinding
gelas kimia dan tangan pada saat memegang thermometer kurang ke atas, selain
itu suhu ruangan yang kurang stabil serta pipet yang digunakan telah di gunakan
pada larutan.
Dalam percobaan reagen
dimasukkan kedalam gelas kimia, di ukur sesuai volume yang diperlukan. Dan
diukur menggunakan thermometer, hal ini berfungsi agar mendapatkan suhu yang akurat dari masing
– masing reagen dengan volume yang berbeda. Lalu reagen dicampur dan diguncang
sedikit agar reagennya tercampur. Kemudian diukur suhu campurannya dengan
thermometer agar dapat diketahui suhu campuran tertinggi dan dapat ditentukan
yang stoikiometri.
BAB 5
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
-
Titik maksimum dari campuran NaOH – HCL
adalah
,
sedangkan titik minimum dari campuran NaOH – HCL adalah
.
-
Titik maksimum dari campuran NaOH
–
adalah
,
sedangkan titik minimum dari campuran NaOH –
adalah
-
Reaksi stokiometri adalah reaksi yang
pereaksinya habis bereaksi membentuk hasil reaksi/produk. Contohnya pada
stokiometri sistem NaOH – HCL. Pada NaOH 4 ml dalam 1 M dan
HCL 1 M pada 4 ml. sedangkanreaksi non stokiometri adalah reaksi yang
pereaksinya tidak habis bereaksi membentuk hasil reaksi / produk. Contohnya
pada stokiometri sistem NaOH –
.
5.2.
Saran
Sebaiknya
bahan-bahan yang diujikan ditambah agar praktikan dapt mengetahui perbandingan
laju reaksi dari larutan lainnya seperti
dan
.
DAFTAR
PUSTAKA
Keenan.
1984. Kimia untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga
Petrucci.,
Ralp. 1987. Kimia Dasar. Jakarta:
Erlangga
S,
syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung:
ITB
Sastrohamidjojo,
H. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM
banzaaai :D thanks
ReplyDelete