Laporan Mikrobiologi Peralatan dan Sterilisasi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Yang dimaksud sterilisasi dalam
mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat
pada atau didalam suatu benda. Ketika anda untuk pertama kalinya melakukan
pemindahan biakan bakteri secara aseptik, sesungguhnya anda telah menggunakan
salah satu sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun kebanyakan peralatan dan media
yang umum dipakai dalam pekerjaan mikrobiologis akan menjadi rusak bila
dibakar. Untungnya tersedia berbagai metode lain yang efektif (Hadioetomo, 1993).
Ada tiga cara yang umum digunakan
dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, penggunaan bahan kimia dan
penyaringan (Filtrasi). Bila panas digunakan bersama – sama dengan uap air maka
disebut sterilisasi panas lembut atau sterilisasi basah, bila tanpa kelembapan
maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering (Hadioetomo, 1993).
Sterilisasi kimiawi dapat
dilakukan dengan menggunakan gas atau
radiasi. Metode sterilisasi yang umum digunakan secara rutin dilaboratorium
mikrobiologi ialah yang menggunakan panas (Hadioetomo, 1993).
Oleh karena itu, begitu pentingnya
sterilisasi dalam penelitian maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Tujuan
Percobaan
-
Mengetahui sterilisasi
dengan pemanasan
-
Mengetahui berapa lama
waktu yang digunakan untuk sterilisasi dengan autoclave
-
Mengetahui alat – alat
yang digunakan dalam sterilisasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Ada
banyak pilihan cara sterilisasi yang berbeda, dapat disterilkan melalui cara
sterilisasi akhir (Terminal Sterilization) atau dengan cara aseptik (Aseptic
Processing).
1. Terminal
Sterilization (sterilisasi akhir)
Metode sterilisasi akhir menurut PDA
Techical Monograph, dibagi menjadi dua yaitu:
a. Overkill
Method adalah metode sterilisasi menggunakan pemanas dengan uap panas pada 121°C
selama 15 menit yang mampu memberikan minimal reduksi setingkat Log 12 dari
mikroorganisme-mikroorganisme
yang memiliki nilai D minimal 1 menit. Kita bisa menggunakan metode overkill
untuk bahan yang tahan panas seperti zat organik. Kriteria sterilisasi
yang digunakan adalah Probabilitas Survival tidak lebih besar dari 1
mikroorganisme dalam106 unit.
b. Bioburden
Sterilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat dan
terkontrolterhadap beban mikroba sekecil mungkin dibeberapa lokasi jalur
produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilisasi yang dipersyaratkan SAL
106.
Perbedaan
kedua metode adalah pada titik awal
(starting
point). Apabila menggunakan pendekatan overkill maka pemanasan dengan uap 121°C
selama 15 menit. Sedangkan pendekatan bioburden terlihat dari pencapaian
tingkat sterilisasi yang diminta, yakni SAL 106.
2. Aseptic
Processing
Aseptic
Processing adalah metode pembuatan produk steril menggunakan saringan dengan
filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang
diformulasikan dan diisi (Lukas, 2006).
Macam–macam
sterilisasi yang dapat
digunakan sebagai berikut :
1. Steriliasi Panas Dengan Tekanan (Autoclave).
Autoclave
yaitu alat serupa tangki minyak yang terdapat diisi dengan uap. Medium yang
disterilkan ditempatkan didalam autoclave ini selama 15 sampai 20 menit, hal ini tergantung
pada banyak sedikitnya yang diperlukan untuk sterilisasi. Medium yang akan
disterilkan itu lebih baik ditempatkan dalam beberapa botol agak kecil dari pada dikumpul dalam
satu botol yang besar.
Pada
saat melakukan sterilisasi, kita sebenarnya memaparkan uap jenuh pada tekanan
tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi
pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara
inversibel akibat denaturasi atau koagulasi protein sel.
Sterilisasi
demikian merupakan metode yang paling efektif dan ideal karena:
-
Uap merupakan pembawa
(carrier) energi termal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar
mikroorganisme dapat dilunakkan, sehingga memungkinkan terjadi koagulasi.
-
Bersifat nontoksik,
mudah diperoleh, dan relatif mudah dikontrol.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi sterilisasi uap adalah :
a. Waktu
Apabila mikroorganisme
dalam jumlah besar dipaparkan terhadap uap jenuh pada suhu yang konstan, maka
semua mikroorganisme tidak akan terbunuh pada saat bersamaan.
b. Suhu
Peningkatan suhu akan
menurunkan waktu proses sterilisasi secara dramatis.
c. Kelembapan
Efek penambahan daya
bunuh pada sterilisasi uap disebabkan kelembapan akan menurunkan suhu yang
diperlukan agar terjadi denaturasi dan koagulasi pritein.
2. Sterilisasi
Panas Kering (Oven)
Proses
sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanis konduksi panas. Panas akan diansorpasi oleh permukaan luat
alat yang di sterilkan, lalu merambat kebagian dalam permukaan sampai akhirnya
suhu untuk sterilisai tercapai.
3. Sterilisasi
Gas atau Etilen Oksida
Sterilisasi
gas merupakan pilihan lain yang digunakan untuk sterilisasi alat yang sensitif
terhadap panas.
4. Sterilisasi
Radiasi
a. Ultraviolet
b. Ion
c. Gamma
5. Sterilisasi
Plasma
Plasma
terdiri dari elektron, ion, maupun partikel netral. Plasma buatan dapat terjadi
pada suhu tinggi maupun rendah. Plasma berasal dari beberapa gas seperti logam,
nitrogen, dan oksigen yang menunjukan aktivitas sporisidal.
6. Sterilisasi
Filtrasi
Medium
di saring dengan saringan porseli atau dengan tanah diatom. Dengan jalan ini,
maka zat-zat anorganik tidak
akan mengalami penguraian sama sekali. Hanya sayang, virus tak dapat terpisah
dengan penyaringan, medium masih perlu dipanasi dalam autoclave, meskipun tidak
selama 15 menit dengan temperatur 121°C. Penyaringan dapat dilakukan juga
dengan saringan yang dibuat dari abes (Hadiotomoto, 1993).
Menyaring
mikroba atau filtrasi melalui prinsip :
-
Filter ayakan,
didasarkan pada perbedaan ukurannya dengan pori. Ukuran porinya sragan sebesar
0,22 dengan ketebalan 80-159. Filter ayakan tidak dapat
membebaskan pirogen dan virus (0,02).
-
Filter adsorpsi, dalam
hal ini filternya terbuat dari selulosa, cisbes, gelas sinter, keramik dan
kieselguhr serta karbon aktif.
Ukuran
pori penyaring bakteri memang paling penting dalam menghilangkan mikroba dari
cairan. Namun ada faktor lain seperti muatan listrik penyaringan (Dwidjoseputro, 2005).
Cara
lain dalam sterilisasi adalah dengan filtarsi. Menyaring mikroba atau filtrasi
melalui prinsip :
·
Filter ayakan, didasari
perbedaan ukurannya dengan pori ukuran porinya seragam sebesar 0,22µm. Filter
ayakan tidak dapat membebaskan pirogen dan virus
·
Filter adsorpasi, dalam
hal ini filternya terbuat dari selulosa, gelas sinter, keramik dan kieselgurh
serta karbon aktif (Dwidjoseputro.2005).
Sterilisasi
dengan penyaringan tergantung pada penghilangan mikroba secara fisik dengan
adsorpasi pada media penyaringan atau dengan mekanisme penyaringan, yang
digunakan untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan panas.
Penyaringan yang tersedia meliputi
1. Penyaringan
berbentuk tabung reaksi yang disebut “lilin penyaring” yang dibuat dari tanah
infusoria yang dikempa (penyaring berkefeld dan mandler)
2. Lilin
penyaring yang dibuat dari porselin yang tidak dilapisi (penyaring pasteur
chamberland, dulto dan sales )
3. Piringan
asbes yang dikempa dipasang ditempat khusus dalam peralatan saringan (penyaring
seitz dan swinney)
4. Gelas
bucher jenis corong dengan pegangan gelas yang menjadi satu (Dwidjoseputro, 2005).
Metode lain
untuk sterilisasi yaitu dengan Tyndalisasi, yaitu mendidihkan medium dengan uap
untuk beberapa menit saja. Habis didiamkan satu hari selama itu spora-spora
sempat tumbuh menjadi bakteri vegetatif, maka medium tersebut didihkan lagi
selama beberapa menit akhirnya pada hari ketiga, medium tersebut didihkan
sekali lagi. Dengan jalan demikian ini diperoleh medium yang steril, dan lagi
pula, zat-zat
organik yang terkandung didalamnya tidak mengalami banyak perubahan (Dwidjoseputro, 2005).
Ada tiga cara
utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaaa panas, penggunaan
bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama-sama uap air maka
disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi panas kering atau radiasi. Pemilihan
metode didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan, karena metode
sterilisasi yang umum digunakan secara rutin dilaboratorium mikrobiologi ialah
yang menggunakan panas,maka didalam kegiatan ini metode yang akan dibahas lebi
terperinci (Hadioetomo,1993).
Sterilisasi
basah biasanya dilakukan didalam autoklaf (pada hakikatnya autoklaf adalah
presure cooker berukuran besar) atau sterilisation uap yang mudah diangkat
(portable) dengan menggunakan uap jenuh bertekanan pada suhu 121°C selama 15
menit. Karena naiknya titik didih air menjadi 121°C itu disebabkan oleh tekanan
1 atmosfer (atm) pada ketinggian permukaan laut, maka daur sterilisasi tersebut
seringkali juga dinyatakan sebagai 1 atm selama 15 menit. Namun perlu diingat
bahwa pernyataan ini hanya berlaku pada tempat-tempat yang tingginya sama dengan
permukaan laut. Pada tempat-tempat
yang lebih tinggi, diperlukan tekanan yang lebih besar untuk mencapai satu suhu
121°C (Hadioetomo, 1993).
Panas lembab
sangat efeltif meskipun pada suhu yang tidak begitu tinggi, karena ketika uap
air berkondensasi pada bahan-bahan yang akan disterilkan dilepaskan sebanyak
686 kalori pergram uap air pada suhu 121°C. Panas ini mendenaturasikan atau
mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan dengan demikian mematikannya.
Maka sterilisasi basah dapat mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus
oleh uap air (minyak misalnya tidak dapat ditembus uap air) dan tidak rusak
bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110°C dan 121°C (Hadioetomo, 1993).
Oleh karena itu
metode ini merupakan sterilisasi yang paling efektif dan ideal karena :
a.
Uap merupakan pembawa
(carrier) energi termal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar
mikroorganisme dapat dilunakkan, sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi.
b.
Bersifat non toksik,
mudah diperoleh, dan relatif mudah dikontrol (Lukas, 2006).
Dibandingkan
dengan panas lembab, panas kering kurang efisien dan membutuhkan suhu tinggi
serta waktu yang lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa
kelembapan tidak ada panas laten. Sebagai contoh, albumim telur dengan
kelembapan baru menggumpal pada 56°C, sedangkan tanpa kelembapan baru
menggumpal pada suhu 160-175°C. Karena bentuk kehidupan yang paling tahan panas
yaitu endospora bakteri, berprilaku seakan–akan tidak memiliki kelembapan, maka
panas kering (oven) harus mencapai suhu 160°-175°C untuk dapat mematikannya.
Pemansan seperti ini menjamin bahwa suhu pada benda-benda yang dipanaskan
dalam oven akan mencapai 160° - 175°C selamanya sekurang-kurangnya 10 menit
(Hadioetomo, 1993).
BAB III METODE KERJA
3.1 Waktu
dan Tempat
Pratikum
Pengenalan Alat dan Sterilisasi ini dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Maret 2011,
pukul 10.00–12.00 WITA, dilaboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman.
3.2 Alat
dan Bahan
3.2.1 Alat–Alat
- Cawan Petri
- Tabung Reaksi
- Rak Tabung Reaksi
- Micropipet
- Blue Tip
- Yellow tip
- Lampu Bunsen
- Jarum Ose
- Spatula
- Erlenmeyer
- Magnetic Stirrer
- Batang Pengambil
- Hot Plate
- Pipet Hisap
- Shaker
- Gelas Piala
- Batang Pengaduk
- Batang Kaca
- Enkas (Kotak Inokulasi)
- Laminar Air Flow Cabinet
- Vortex
- Hocket Stick
- Mikroskop
- Oven
- Inkubator
- Autoclave
- Parafilm
3.2.2
Bahan–Bahan
- Kertas
- Karet
- Kapas
- Alumunium foil
- Aquades
3.3 Cara
Kerja
- Disiapkan empat buah petri
- Disiapkan empat buah tabung reaksi
- Disiapkan juga alumunium foil, kertas, kater dan kapas
- Tutup dua buah tabung reaksi dengan alumunium foil, dan dua buah lagi dengan kapas
- Diikat empat buah tabung reaksi menggunakan karet
- Dibungkus tabung reaksi dengan kertas
- Diikat lagi menggunakan karet
- Dibungkus petri, posisi petri yang besar dibawah
- Setelah semuanya selesai, dimasukan kedalam keranjang autoclave yang kemudian diautoclave
- Diautoclave dengan suhu 121°C
BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN
4.1. Hasil
Pengamatan
No
|
Nama alat
|
Fungsi
|
1.
|
Cawan Petri
|
Sebagai tempat untuk media atau
tempat pertumbuhan mikroba
|
2.
|
Autoclave
|
Tempat sterilisasi dengan
menggunakan uap air panas bertekanan
|
3.
|
Tabung Reaksi
|
Tempat melatakkan agar miring
|
4.
|
Rak Tabung Reaksi
|
Tempat meletakkan tabung reaksi
|
5.
|
Mikropipet
|
Mengambil suspensi mikroba
|
6.
|
Blue Tip
|
Alat bantu micropipet (0,5 ml)
|
7.
|
Yellow Tip
|
Alat bantu micropipet (0,1 ml)
|
8.
|
Lampu Bunsen
|
Membuat wilayah steril /
memijarkan jarum ose
|
9.
|
Jarum Ose
|
Mengambil suspensi mikroba
|
10.
|
Spatula
|
Untuk mengaduk media
|
11.
|
Erlenmeyer
|
Untuk meletakan media
|
12.
|
Magnetic Stirer
|
Untuk mengaduk larutan / campuran
dengan menggunakan magnet batang
|
13.
|
Batang Pengambil
|
Membantu mengambil magnetic
stirer dari tabung
|
14.
|
Hot Plate
|
Alat untuk memanaskan larutan
|
15.
|
Shaker
|
Untuk mengaduk / mengocok
|
16.
|
Oven
|
Untuk memanaskan dengan kertas
untuk alat – alat yang tahan panas
|
17.
|
Inkubator
|
Untuk menginkubasi media dengan
suhu ruang
|
18.
|
Alumunium Foil
|
Unruk menutup tabung / erlenmeyer
untuk sterilisasi
|
19.
|
Pipet Hisap
|
Pipet kaca untuk mengambil sample
menggunakan kater
|
4.2. Pembahasan
Yang dimaksud
sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang terdapat pada atau didalam suatu benda (Hadioetomo, 1993).
Sterilisasi
alat–alat laboratorium untuk pengamatan mikroba sebelum digunakan adalah
penting, cara yang salah satu yang dapat digunakan adalah Autoclave.
Autoclave adalah
cara sterilisasi dengan menggunakan uap bertekanan panas. Autoclave merupakan
sebuah alat yang terdiri atas suatu bejana yang tahan terhadap tekanan tinggi
yang dilengkapi manometer (barometer), termometer dan klab bahaya. Prinsip
kerja alat ini sama dengan prinsip kerja kukusan hanya saja memiliki tekanan
sehingga menghasilkan panas yang lebih tinggi.
Dalam
pratikum ini kita telah mengenal beberapa
alat mikroba yang dimana alat–alat tersebut mempunyai peranan masing–masing.
Seperti cawan petri dan erlenmeyer yang dapat kita gunakan untuk peletakan
media. Tabung reaksi yang
berguna untuk meletakkan agar miring, dan untuk meletakan tabung ini kita bisa
menggunakan rak tabung reaksi. Mikropipet
dan pipet hisap yang dapat kita gunakan untuk mengambil suspensi mikroba, yang
dapat dibantu oleh bluetip dan yellowtip. Untuk membuat wilayah steril kita dapat
menggunakan lampu bunsen.
Untuk mengaduk
sample kita dapat menggunakan spatula dan magnetic stirer serta shaker. Untuk
steril media kita dapat menggunakan autoclave dan oven, dan inkubator dapat
digunakan untuk menginkubasi
media dengan suhu ruang.
Dalam
sterilisasi yang menggunakan autoclave kita menggunakan suhu 121°C, ini
dikarenakan pada suhu ini mikroorganisme sudah mati. Pada sterilisasi alat
dibutuhkan waktu 20–30 menit, dan untuk bahan 15 menit.
Pada waktu
sterilisasi alat dan bahan terdapat perbedaan waktu, ini di karenakan besar
tekanan yang digunakan tergantung pada macam bahan dan alat yang disterilkan,
sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan.
Dalam percobaan
ini mungkin saja teradi faktor kesalahan, contohnya seperti pada saat
pembukusan cawan petri mungkin saja akan salah pembukusan dan terbaliknya cawan
petri.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pratikum Peralatan dan Sterilisasi
Alat ini dapat disimpulkan bahwa :
- Sterilisasi dengan pemanas ada 4 macam yaitu, sterilisasi dengan pemijaran, sterilisasi dengan udara panas (kering), sterilisasi dengan uap air panas dan sterilisasi dengan uap air panas bertekanan.
- Waktu yang dibutuhkan dengan menggunakan alat aotuclave ialah untuk bahan berkisar 15 menit, sedangkan alat berkisar 20 – 30 menit.
- Alat – alat yang digunakan dalam sterilisasi yaitu petridisk (cawan petri), micropipet, tabung reaksi,spatula, rak tabung reaksi, erlenmeyer, hot plate, shaker, hot plate. Autoclave, inkubator, batang pengaduk, jarum ose, lampu bunsen, bluetip, yellowtip, dan pipet.
5.2 Saran
Diharapkan dalam pratikum ini tidak
hanya memperkenalkam satu cara sterilisasi agar pemahaman pratikan bisa
bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi.
Hadioetomo. Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama
Lihat Juga :
Laporan Mikrobiologi Peralatan dan Sterilisasi
Laporan Mikrobioloi Media Pertumbuhan Mikroba
Laporan Mikrobiologi Isolasi dan Identifikasi Dasar Mikroba
Laporan Mikrobiologi Pembuatan Biakan Murni
Laporan Mikrobiologi Total Plate Count
Laporan Mikrobiologi Pewarnaan dan Cara-cara Pewarnaan
Laporan Mikrobiologi Most Probable Number
Laporan Mikrobiologi Uji Daya Hambat Mikroba
Laporan Mikrobiologi Pengamatan Jamus Mikroskopis
Laporan Mikrobiologi Peralatan dan Sterilisasi
Laporan Mikrobioloi Media Pertumbuhan Mikroba
Laporan Mikrobiologi Isolasi dan Identifikasi Dasar Mikroba
Laporan Mikrobiologi Pembuatan Biakan Murni
Laporan Mikrobiologi Total Plate Count
Laporan Mikrobiologi Pewarnaan dan Cara-cara Pewarnaan
Laporan Mikrobiologi Most Probable Number
Laporan Mikrobiologi Uji Daya Hambat Mikroba
Laporan Mikrobiologi Pengamatan Jamus Mikroskopis
No comments:
Post a Comment