Tuesday, December 04, 2012

Laporan Kimia Dasar II Ikatan Peptida


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Protein (asal kata protos dari bahasa yunani yang berarti “yang paling utama”) adalah senyawa organik kompleks yang bermolekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Protein merupakan salah satu biomolekul raksasa selain polisakarida, lipid, dan polinukleatida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia.
Protein banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia seperti tempe, ayam, daging sapi, ikan, tahu, susu, telor, dan lain-lain. Protein ini juga berfungsi untuk memperbaiki se-sel didalam tubuh yang rusak dan juga sebagai suplai nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita
Oleh karena itu yang melatar belakngi dari praktikum ini adalah untuk mengetahui adanya protein dan asam amino di dalam sampel makanan dengan mengetahui adanya reaksi terhadap biuet dan ninhidrin.

1.2  Tujuan Percobaan
-          untuk mengathui adanya ikatan peptida dengan menggunakan pereaksi biuret dan ninhidrin.
-          Untuk mengetahui adanya asam amino dengan menggunakan pereaksi biuret dan ninhidrin.
-          Untuk membuktikan dan mengetahui hal–hal yang dapat mendenaturasi protein.
-          Mengetahui contoh atau jenis makanan yang mengandung protein.
-          Mempelajari uji ikatan peptida dari protein melalui reaksi biuret.



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Peptida dan protein merupakan poliner kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digongkan sebagai polipeptida. Semua bukti yang ada membuktikan bahwa asam amino pada protein mempunyai konfigurasi –L dan ikatan amida hanya terbentuk antar gugus amino alfa dan gugus karboksil –alfa dari asam amino yang bersangkutan.
Oleh karena sifat umum peptida dan protein secara menyeluruh diuraikan dalam buku ajaran umum biokimia dan bahkan dibahas lebih luas dan mendalam dalam beberapa buku acuan atom yangterdekat pada akhir, maka pembahasan ini akan dibatasi pada sifat yang lebih khusus dari peptida dan protein.
(Fessenden 1982)
            Asam amino bertautan dalam peptida dan protein lewat iktan amda diantara gugus karbonil dari satu asam amino dan gugus amino α dari asam amino lainnya. Emil Fischer, yang pertama kali menganjurkan struktur ini, menyebut ikatan amida ini sebagai ikatan peptide (peptide bond). Suatu molekul yang mengandung hanya dua asam amino yang bertautan (singkatan digunakan untuk asam amino) dengan cara ini ialah suatu dipeptida.
               Berdasarkan komversi ikatan peptide ditulis dengan asam amino yang mempunyai gugus +NH3 bebas disebelah kiri dan asam amino dengan gugus CO2- bebas di sebelah kanan asam amino ini masing – masing dinamakan asam amino ujung-N dan asam amino ujung C (Harold Hart 2003).
            Begitu kita mengetahui urusan asam amino dalam peptide atau protein. Kita beradadalam posisi untuk mensintesisnya dari asam amino penyusunnya. Mengapa kita ingin melakukan hal ini? Ada beberapa ulasan. Contohnya, kita mungkin berharap untuk memodifikasi struktur peptide tentu dengan membandingkan sifat dari zat sintetik dan zat alami, atau kita mungkin ingin mengkasi efek subtitusi satu atom terhadap sfat biogis. Suatu peptide atau protein, protein termodifikasi seperti ini dapat sangan berharga untuk mengobati penyakit atau untuk memahami bagai mana protein berfungsi.
            Banyak metode yang telah dikembangkan untuk menautkan asam amino degan cara terkendali. Caranya memerlukan strategi yang cermat. Asam amino memiliki dwifungsi, untuk menentukan gugus karboksil dari suatu asam amino dengan gugus amino dari asam amino kedua. Pertama – tama kita harus membuat setiap senyawa dengan melindungi gugus amino dari asam amino pertama dan gugus karboksil dari asam amino kedua.
Dengan cara ii, kita dapat mengendalikan penautan kedua asam amino sehingga gugus karboksil dari aa1 bergabung dengan gugus amino dari aa2
Sesudah ikatan polipeptida terbentuk, kita harus mampu melepas gugus pelindung dibawah kondisi yang tidak menghidrolisis ikatan peptide atau jika ada asam amino lagi yang akan ditambah pada rantai, kita harus mampu secara selektif mengambil satu dari dua gugus pelindung dari peptide yang berpelindung ganda sebelum menggabungkan asam amino berikutnya. Semua ini akan sangat rumit dan merupakan proses yang sangat rumit dan merupakan proses yang membosankan. Namun demikian, metode ini telah digunakan oleh Vincent de Vigneard dan sesacwatnya untuk mensintesis Oksitosin dan Vasopresin. Yaitu polipeptida alami pertama yang disintesis di laboratorium (Abdul Hamid A. Toha 2001).
            Sudah dapat dipastikan bahwa jumlah peptide murni yang telah diisolasi dari tumbuhan tinggi hanya merupakan bagian kecil saja dari peptide tumbuhan, jadi sejumlah besar senyawa yang positif dengan ninhidrin, tidak tahan asam, dan belum teridentifikasi telah teridentifikasi dalam tubuh dengan cara kromatografi mungkin saja sebagian besar dari senyawa tersebut peptide baru.
            Semua sistem kehidupan mengandung sejumlah besar proton yang berbeda. Perbedaanya mungkin terdapat pada susunan asam amino, urutan asam amino kandungan non-asam amino, bobot molekul dan pada factor yang menentukan konfirmasi protein untuk menentukan struktur protein tertentu kita harus memisahkan protein itu dari bahan non protein dan dari protein yang lain. Ini kadang – kadang merupakan tugas yang sangat berat, dan kita harus menggunakan sejumlah kriteria berbeda untuk menetapkan kehomogenannya.
            Kerumitan dan keragaman protein telah mendorong diciptakannya berbagai bahan penggolongan walaupun hanya berhasil sebagian, protein tumbuhan telah dikelompokan berdasarkan sumber jadi ada protein biji atau protein daun. Ini dibagi lebih lanjut menjadi protein embrio dan protein endosperm pada protein biji dan protein kloroplas untuk protein daun. Protein biji ditinjau ulang dalam protein dan sebagai sumber makanan potensial dalam bagan penggolongan lain didasarkan pada pengelompokan menjadi protein sederhana, yaitu protein yang pada hidrolisis hanya menghasilkan asam amino alfa dan protein konjugasi, yaitu protein yang pada hidrolisis menghasilkan asam amino dan senyawa lain. Anak golongan utama protein disenaraikan di bawah (‘Penggolongan Osborne’).  Akan tetapi harus diingat bahwa beberapa protein tidak dapat dimasukan kedalam salah satu anak golongan dengan pas. Misalnya, mungkin saja terdapat rentang kelarutan yang sinambung antara albumin dan globulin, begitu juga antara glutelin dan prolamin.
-          albumin
albumin ialah protein yang tidak larut dalam air dan dalam larutan garam encer serat dapat terkonjugasi jika dipanaskan. Contoh Albumin ialah (Eukosin dari gandum)
-          Globulin
Glubulin ialah protein yang tidak larut dala air tetapi larut dalam larutan garam encer. Globulin tersebar dalam biji tumbuhan sayur dan telah dipelajari secara luas dalam polong – polongan.
-          Glutelin
Glutelin adalah protein yang tidak larut dalam semua pelarut yang netral tetapi larut dalam basa dan asam yang sangat encer. Contohnya ialah glutelin dari gandum dan orizeniiiiin dari beras.
-          Prolamin
Prolamin ialah protein yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol 70 – 80 %. Contohnya ialah zein dari jagung, gliadin dari gandum avenin dari avena sativa dan hordein dari barli (Hordeum sp.). kelarutan aneh protein ini barangkali disebabkan oleh kadar prolina yang tinggi kelarutan prolina sendiri dalam etanol tinggi luar biasa. Kadar glutamine yang ting tinggi juga bersifat khas.

-          Histon
Histon adalah protein bersifat basa, keberadaanya berkaitan dengan DNA dan mempunyai cirri khas persentase lisina atau orginina tinggi, histon mungkin berperan penting pada pengaturan fungsi asam nukleat. Histon yang terdapat dalam berbagi organ pada tumbuhan yang sama sangat mirip dan bahkan ada keserupaan itu pada tumbuhan yang spesiesnya berbeda akan tetapi terdapat perbedaan yang terlihat antara histon sitoplasma, kloroplas dan histon mitokondria, dari sumber yang sama. Histon tumbuhan dan histon hewan telah dibandingkan pula secara luas.
            (hart Harold 2003)
            Protein umumnya terbagi kedalam dua golongan utama serat (fibereus) atau globural (membulat). Protein serat (Fibroas Proten) ialah material structural hewan dan dengan demikian bersifat tidak larut dalam air. Selanjutnya, protein serat terbagi lagi menjadi tiga katagori umum, keratin yang menyusun jaringan pelindung, seperti kulit, rambut, bulu, cakar dan kuku. Kolagen yang berbentuk jaringan ikat, seperti tulang rawan tendon, dan pembuluh darah dan sutera (silk) seperti fibroin dari sarang laba – laba dari koten (kepompong).
            Kratin dan kalogen memiliki struktur helit, sedangkan sutera struktur lembar terlipat.
            Protein globural sangat berbeda dengan proten serat. Protein ini cenderung larut dalam air dan bentuknya hamper membalut, sebagaimana tersirat dari namanya. Protein globural bukanlah protein structural tetapi memiliki berbagai fungsi biologis lainnya. Contohnya ialah enzim (katalis biologi), protein pengangkat (transport protein) mengangkut molekul –molekul kecil dari satu bagian tubuh kebagian lainnya. Misalnya hemoglobin yang mengangkut oksigen dalam darah atau protein penyimpan. Protein globural memiliki lebih banyak asam amino dengan rantai samping polar (Fessenden, 1982).



BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

               3.1.            Alat dan Bahan
                    3.1.1.      Alat
                        -          Pipet tetes
                        -          Tabung reaksi
                        -          Rak tabung reaksi
                        -          Botol reagen
                        -          Gelas kimia
                        -          Penjepit tabung reaksi
                        -          Hot plate
                  3.1.2.      Bahan
                        -          Putih telur ayam
                        -          Susu ultra
                        -          Susu beruang
                        -           CuSO4
                        -          NaOH
                        -          Ninhidrin
                        -          Aquades
                        -          Tisue
                        -          Kertas label
              3.2.            Prosedur kerja
                3.2.1.      Uji biuret (sampel telur dan susu)
                       -          Dipipet 2 tetes CuSO4
                       -          Dimasukkan dalam tabung reaksi
                       -          Ditambahkan 2 tetes NaOH
                       -          Dihomogenkan
                       -          Ditambahkan 5 tetes telur ayam
                       -          Dikocok, diamati perubahan yang terjadi
                       -          Diulangi langkah diatas menggunakan 5 tetes susu beruang dan 5 tetes susu ultra
              3.2.2.      Uji ninhidrin (sampel telur dan susu)
                      -          Dipipet 5 tetes telur ayam
                      -          Dimasukkan dalam tabung reaksi
                      -          Dimasukkan 3 tetes ninhidrin, diamati
                      -          Dipanaskan dan diamati perubahan
                      -          Bandingkan pengamatan antara pemanasan dan tanpa pemanasan
                      -          Ulangi langkah dengan mengganti sampel telur ayam dengan susu beruang dan susu ultra
   
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.      Hasil pengamatan
No
Sampel
Biuret
Ninhidrin
Ninhidrin (Dipanaskan)
1
2
3
Telur ayam
Susu ultra
Susu beruang
+
+
+
+
-
-
+
+
+
(+) Terjadi perubahan
(-) Tidak terjadi perubahan

4.2.      Reaksi
                4.2.1.      Reaksi CuSO4 + NaOH
                CuSO4 + 2NaOH è Na2SO4 + Cu(OH)2
                4.2.2.      Reaksi Biuret + Protein

                 4.2.3.      Reaksi Ninhidrin + Asam Amino

4.3.      Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita melakukan dua kali uji. Yaitu uji biuret dan uji ninhidrin. Praktikum yang pertama adalah uji biuret. Prinsip dari percobaan ini adalah ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Reaksi dinyatakan positif jika terjadi perubahan pada sampel. Reaksi dinyatakan negatif jika tidak terjadi perubahan apapun. Pada praktikum kedua yaitu uji ninhidrin. Prinsip dari percobaan ini adalah asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Reaksi dinyatakam positif jika terjadi perubahan warna larutan sampel menjadi ungu, dan reaksi dinyatakan negatif jika tidak terjadi perubahan.
Pada percobaan pertama, sampel putih telur, susu ultra, susu beruang kita tetesi dengan biuret, terjadi perubahan warna pada tiap-tiap sampel. Pada sampel putih telur ayam, setelah direaksikan dengan biuret, warna larutan menjadi hijau dan terdapat endapan Cu(OH)2 berupa partikel semi padat berukuran besar. Pada sampel susu beruang, setelah direaksikan dengan biuret, warna larutan menjadi hijau dan terdapat suspensi padat berukuran koloid. Pada sampel susu ultra, setelah direaksikan dengan biuret, warna larutan menjadi hijau dan terdapat partikel-partikel padat berukuran koloid. Hal ini berarti pada ketiga sampel tersebut terdapat ikatan peptida, hal ini menunjukkan bahwa terdapat rantai asam amino dan memandakan adanya protein dalam sampel.
Pada percobaan kedua dilakukan pencampuran sampel putih telur ayam, susu beruang dan susu ultra, masing-masing dengan ninhidrin, dan setelah diamati tidak terjadi perubahan apa-apa terhadap ketiga sampel tersebut, hal ini dikarnakan ninhidrin tidak bereaksi terhadap protein.
Pada percobaan ketiga adalah denaturasi protein. Dimana putih telur, susu beruang dan susu ultra dipanaskan, dan menyebabkan protein menjadi rusak dan ikatan peptida terputus. Sehingga ninhidrin yang sebelumnya telah dimasukkan kedalam sampel dapat bereaksi dengan asam amino dari pemecahan protein dan menyebabkan senyawa kompleks yang berwarna ungu terbentuk. Fungsi perlakuan dari percobaan ini adalah untuk membuktikan bahwa dengan pemanasan dapat menyebabkan denaturasi protein.
Pada percobaan ini digunakan reagen biuret. Biuret dihasilkan dari reaksi CuSO4 dan NaOH yang dapat bereaksi dengan protein yang berfungsi untuk mengidentifikasi dalam suatu sampel terdapat protein atau tidak. Ninhidrin juga berfungsi seperti biuret, namun ninhidrin tidak dapat bereaksi dengan protein, melainkan asam amino. Sehingga ninhidrin digunakan untuk mengidentifikasi adanya asam amino dalam sampel.
Faktor kesalahan pada praktikum ini adalah telur yang digunakan sudah terdenaturasi sebagian oleh faktor tertentu sehingga ketika direaksikan dengan ninhidrin tanpa pemanasan, sampel berubah menjadi ungu.
Ikatan peptida adalah ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus karboksil suatu molekul berbagai elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lainnya.
Asam amino merupakan senyawa-senyawa kristalin yang tidak berwarna, larut dalam air (*kecuali sistein dan tirosin), larut dalam alkohol encer,  yang terdiri dari ggugus asam (-COOH) dan gugus amin (-NH2) dan bersifat amfoter (bisa bersifat asam maupun basa).
Protein merupakan asam rantai asam amino dengan ikatan peptida yang terbentuk dari gugus karboksil dari suatu asam amino dengan gugus amin dari asam amino yang lain.
Denaturasi protein adalah sebuah proses dimana protein kehilangan struktur tersier dan struktur sekunder dimana protein rusak dan terbentuk asam amino-asm amino tunggal. Faktor-faktor yang mempengaruhi denaturasi adalah pemanasan, pemberian asam kuat dan basa kuat, pemberian enzim protase yang dapat memecah protein menjadi asam amino, garam logam berat dan perubahan pH.
Asam amino terdiri dari 20 macam diantaranya yaitu Glisin, Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Serin, Treonin, Sistein, Metionin, Prolin, Fenil alanin, Tirosin, Triptofan, Asam Aspartat, Asam Glutamat, Asparagina, Glutamina, Lisina, Arginin, dan Histidina.
Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak disintesis dalam tubuh. Asam amino esensial diperoleh dari makanan. Asam amino yang diperlukan untuk sintesis protein ini tidak disintesis oleh organisme itu, tetapi harus terdapat dalam makanannnya. Contohnya yaitu valin, leusin, isoleusina, fenilalanin, metionin, treonin, triptofan dan lisin. Asam amino non-esensial adalah asam amino yang dapat disintesis dalam tubuh. Contohnya yaitu glisin, alanin, prolin, serin, asparagin, glutamin, sistein, tirosin dan asam aspartat.


BAB 5
PENUTUP
            5.1              Kesimpulan
      -    Ketika sampel telur ayam, susu ultra dan susu beruang masing-masing ditetesi dengan 2 tetes biuret, ketiga    sampel dapat bereaksi dengan biuret dengan ditandai oleh perubahan warna larutan , hal ini menunjukkan bahwa ketiga sampel terdiri atas protein.
    -  Ketika sampel telur ayam, susu ultra dan susu beruang masing-masing ditetesi dengan 2 tetes ninhidrin, hanya sampel telur yang bereaksi dengan ninhidrin, hal ini menunjukkan bahwa didalam sampel telur terdapat asam amino bebas didalamnya, sedangkan yang lain tidak.
    -     Ketika sampel yang telah ditetesi dengan ninhidrin dimasukkan kedalam air yang dipanaskan, ketiga sampel mangalami reaksi dengan berubah warna menjadi ungu. Hal ini menunjukkan bahwa dengan panas, protein dapat terdenaturasi menjadi monomer asam amino yang kemudian bereaksi dengan ninhidrin. Selain itu faktor yang mempengaruhi denaturasi adalah alkohol, asamkuat, basa kuat.
    -    Pada percobaan ini ketiga sampel, yaitu putih telur, susu ultra dan susu beruang setelah dilakukan uji biuret, semuanya memiliki protein.
    -   Percobaan dengan pereaksi biuret adalah untuk menguji adanya ikatan peptida dalam protein, dan hasil yang didapatkan dari percobaan biuret positif adanya ikatan peptida.

            5.2              Saran
Sebaiknya juga digunakan sampel yang tidak mengandung protein, agar dapat mengetahui perbedaan dan pengaruh protein terhadap reaksi. Dan juga cara lain selain pemanasan untuk mendenaturasi protein seperti jahe yang mengandung enzim protase yang dapat memecah protein menjadi asam amino.



DAFTAR PUSTAKA

A, Toha , Abdul Hamid. 2001. Biokimia Metabolisme Biomolekul. Monokrawi: Alfabeta
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Edisi II. Jakarta: Erlangga
John R, Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga


No comments:

Post a Comment

About Me

Saya seseorang yang bercita-cita menjadi Process Engineer.
Designed By Seo Blogger Templates